إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً. وَبَعْدُ:
سُوْرَةُ النَّاسِ | SURAT AN-NĀS |
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ | Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia | 1 |
مَلِكِ النَّاسِ | Raja manusia | 2 |
إِلَهِ النَّاسِ | Sembahan manusia | 3 |
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ | dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi | 4 |
الَّذِي يُوَسْوِسُ فيِ صُدُورِ النَّاسِ | yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia | 5 |
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ | dari jin dan manusia | 6 |
? Kosa-kata:
Aku berlindung (memohon perlindungan) | : | أَلْجَأُ، أَسْتَجِيْرُ، أَعْتَصِمُ، أَلُوْذُ | : | أَعُوذُ |
Raja yang memegang kekuasan tertinggi terhadap manusia dan yang mengatur me-reka, yaitu Alloh I | : | اَلْمَلِكُ الَّذِيْ لَهُ السُّلْطَةُ الْعُلْيَا فِي النَّاسِ، وَالْمُتَصَرِّفُ الْكَامِلُ هُوَ اللهُ I | : | رَبِّ النَّاسِ |
Sesembahan yang hanya kepadanya-Nya peribadatan diberikan, tidak diperuntukan kepada selain-Nya | : | مَعْبُوْدٌ (اَلَّذِيْ لَهُ الْعِبَادَةُ الْحَقَّةُ دُوْنَ مَا سِوَاهُ) | : | إِلَهِ |
Yaitu setan terlaknat yang menghembuskan pikiran-pikiran jahat (jelek) ke hati umat manusia. Waswas adalah pembicaraan halus atau rahasia yang disampaikan ke telinga (bisikan) | : | اَلْوَسْوَاسُ هُوَ الشَّيْطَانُ الرَّجِيْمُ الَّذِيْ يُلْقِيْ فِيْ نُفُوْسِ النَّاسِ الأَفْكَارَ السٍّيِّئَةَ. وَالْوَسْوَسَةُ هِيَ الْحَدِيْثُ الْخَفِيُّ أَوِ الْحَدِيْثُ سِرًّا فِي اْلأُذُنِ | : | الْوَسْوَاسِ |
Yaitu setan yang selalu bersembunyi dan pergi kembali ketika dzikir diucapkan | : | اَلشَّيْطَانُ الَّذِيْ يَخْنُسُ (أَيْ يَخْتَفِي وَيَتَأَخَّرُ وَيَرْجِعُ) عِنْدَ ذِكْرِ اللهِ، وَالْخَنَّاسُ كَثِيْرُ اْلاِخْتِفَاءِ | : | الْخَنَّاسِ |
Membisikkan dalam hati | : | يُحْدِثُ فِي النَّفْسِ | : | يُوَسْوِسُ |
Yaitu jin dan juga setan (asli) | : | هُمُ الْجِنُّ وَمِنْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ | : | الْجِنَّةِ |
? Keutamaan Surat an-Nās:
Di antaranya:
· قَالَ الْنَّبِيُّ: (( أَلَمْ تَرَ آيَاتٍ أُنْزِلَتِ اللَّيْلَةَ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطٌّ، قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْنَّاسِ ))
Rasululloh bersabda:
“Sudah tahukah engkau tentang beberapa ayat yang tadi malam baru saja diturunkan, dan ternyata tidak ada ayat lain yang se-misal dengannya, yaitu Surat al-Falaq dan an-Nās.” (HR. Muslim)
· عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- أَنَّ الْنَّبِيَّ ( كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيْهِمَا فَقَرَأَ فِيْهِمَا قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْنَّاسِ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ، يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ، يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ )
Dari ‘Aisyah –rhadiyallohu ‘anhā– bahwasanya Nabi bila beranjak tidur ke pembaringan, setiap malam beliau menghimpun kedua telapak tangannya, kemudian meniupkannya ke dalam tangannya, dan beliau membaca Surat al-Ikhlāsh, al-Falaq dan an-Nās. Kemudian beliau mengusap dengan kedua tangannya anggota tubuh yang dapat dijangkau oleh usapannya tersebut, beliau mulai mengusap dari kepala, wajah dan bagian depannya. Beliau melakukan hal tersebut sebanyak 3 kali. (HR. al-Bukhāriy)
· عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللهُ عَنْهَا- أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ( كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهُ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ، فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجْعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا )
Dari ‘Aisyah –rhadiyallohu ‘anhā– bahwasanya Rasululloh bila merasakan sakit, maka beliau membaca bagi dirinya dengan al-Mu’awwidzāt, kemudian meniupkannya ke dalam tangannya. Tatkala sakit beliau bertambah parah, maka aku yang memba-cakan untuknya dan mengusap dengan tangannya agar aku mendapat berkahnya. (HR. al-Bukhāriy)
? Tafsir Ayat (قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ).
· Yang dimaksud Rabb an-Nās adalah:
( مَالِكُهُمْ، وَمُصْلِحُ أُمُوْرِهِمْ، وَمُرَبِّيْهِمْ، وَالْمُتَكَفِّلُ بِهِمْ، وَرَاعِي شُؤُوْنِهِمْ )
“Dzat Yang Maha menguasa atau memiliki mereka (manusia), Maha memperbaharui berbagai urusan mereka, Maha mentar-biyyah mereka, Maha menjamin (kebutuhan) mereka dan Yang Maha memelihara berbagai keadaan mereka.”
· Alloh adalah Rabb an-Nās (Tuhan manusia) dan juga Rabb (Tuhan) selainnya.
Karena Dia adalah Rabb manusia, malaikat, jin, langit, bumi, matahari, bulan dan Rabb segala sesuatu. Dalam surat ini, dikhususkan sebagai Rabb manusia, karena kebutuhan dan penjelasan menuntut yang demikian.
? Tafsir Ayat (مَلِكِ النَّاسِ).
· Yang dimaksud Malik an-Nās adalah:
( مَالَكُهُمْ، وَمَالِكُ أَمْرِهِمْ، وَالْمُتَصَرِّفُ وَحْدَهُ فِيْهِمْ )
“Dzat Yang Maha menguasa atau memiliki mereka (manusia), Maha menguasai berbagai urusan mereka dan Yang Maha berdaya upaya dalam setiap aktifitas mereka.”
? Tafsir Ayat (إِلَهِ النَّاسِ).
· Yang dimaksud Ilāh an-Nās adalah:
( مَأُلُوْهُهُمْ وَمَعْبُوْدُهَمْ )
“Dzat yang diibadahi dan disembah oleh mereka (manusia.”
· Maka al-Ma’būd yang haqq (benar) adalah Dzat yang diibadahi (dicondongi) oleh hati (umat manusia), serta yang dicintai dan diagungkan olehnya (hati tersebut), dan dia adalah Alloh I.
? Tafsir Ayat مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ) (.
· al-Waswās adalah mashdar (kata bentukan) yang menunjukkan makna ism al-fā’il (pelaku perbuatan) yang berarti al-muwaswis, maksudnya yang memberikan waswas.
· Yang dimaksud al-waswasah (waswas) adalah:
( مَا يُلْقَى فِيْ الْقَلْبِ مِنَ الأَفْكَارِ وَاْلأَوْهَامِ وَالتَّخَيُّلاَتِ الَّتِيْ لاَ حَقِيْقَةَ لَهَا )
“Apa yang terlintas dalam hati berupa fikiran, prasangka atau khayalan, yang tidak ada hakekat (kebenaran)nya.”
· Yang dimaksud al-khannās adalah:
( اَلَّذِيْ يَخْنُسُ وَيَنْهَزِمُ وَيُوَلِّي وَيُدْبِرُ عِنْدَ ذِكْرِ اللهِ، وَهُوَ الشَّيْطَانُ )
“Setan yang gemar bersembunyi, lari tunggang langgang, pergi dan kabur ketika seseorang berdzikir kepada Alloh.”
Oleh karena itu, jika adzan berkumandang, maka setan akan lari terbirit-birit hingga tidak lagi terdengar adzan tersebut. Bila adzan selesai, maka setan akan kembali datang (untuk meng-goda). Dan akan kembali lari jika mendengar iqāmah. Jika iqā-mah selesai, ia kembali lagi untuk mengganggu orang yang se-dang shalat seraya berkata: “Ingatlah ini, ingatlah itu!”. Orang yang shalat akan terus diganggu sampai ia tidak mengetahui lagi berapa rakaat yang telah dikerjakan. (HR. al-Bukhariy dan Muslim)
Dalam sebuah atsar diungkapkan:
( إَذَا تَغَوَّلَتِ الْغِيْلاَنِ فَبَادِرُوْا بِاْلأَذَانِ )
“Jika setan datang menampakkan diri, maka segeralah kuman-dangkan adzan.” (HR. Ahmad)
? Tafsir Ayat(الَّذِي يُوَسْوِسُ فيِ صُدُورِ النَّاسِ) .
· Rasululloh bersabda:
(( إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنْ اِبْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ ))
“Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah.”
? Tafsir Ayat(مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ) .
· Disebutkannya setan dari kalangan manusia adalah karena:
1. Tipu daya dan perkataan-perkataan kotor mereka dapat me-resap ke dalam hati (menggentarkan), dan
2. (Tipu daya dan perkataan kotor mereka tersebut) berperan aktif memotivasi seseorang untuk mengerjakan kejelekan atau kejahatan.
Maka tipu daya dan perkataan kotor setan manusia serupa dengan waswas yang dihembuskan oleh setan jin.
· Diriwayatkan bahwa Abu Dzarr berkata kepada seseorang:
“Sudahkan engkau memohon perlindungan kepada Alloh dari gangguan setan manusia?”
Orang tersebut menjawab:
“Apakah ada setan dari kalangan manusia?”
Maka dijawab:
“Ya ada, karena Alloh berfirman:
{ وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا.... }
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, seba-gian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perka-taan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)….” [QS. al-An’am (6): 112].”
? Faedah Surat an-Nās:
1. Wajibnya al-isti’ādzah (memohon perlindungan) kepada Alloh dari godaan setan, baik dari bangsa jin maupun dari kalangan umat manusia.
2. Taqrīr (penetapan) rubūbiyyah dan ulūhiyyah Alloh.
3. Seorang muslim senantiasa beristi’ānah (memohon pertolongan) kepada Alloh hingga dihilangkan beragam kejelekan yang ditimpakan oleh setan dari bangsa jin dan dari kalangan umat manusia.
4. Seseorang atau orang-orang yang menyeru dan mendakwahkan kepada asy-syarr (kejelekan) dan al-fasād (kerusakan), bahkan gemar memotivasi perbuatan tersebut, maka dia adalah setan.
5. Dzikir kepada Alloh I adalah senjata ampuh untuk mengusir setan, khususnya waswasnya.
وَاللهُ أَعْلَمُ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْكِرَامِ