Jumat, 16 Januari 2009

TAUHID: MAKNA, PEMBAGIAN DAN KEUTAMAANNYA

Tauhid ialah mengesakan Allah dalam beribadah' Dia semata tidak ada sekutu bagiNya.Tauhid adalah agama semua rasul –'alaihimus sholatu wassalam- yang Allah swt tidak akan menerima dari seorangpun agama selainnya'dan tidak sah amal- amal sholeh kecualidengannya karena ia merupakan fondasi yang diatasnya dibangun seluruh amal-amal sholeh. Bila ia tidak ada maka amal sholehpun tidak bermanfa'at bahkan gugur karena tidaklah sah ibadah kecuali dengannya.

Macam-macam tauhid terbagi menjadi tiga macam: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid Asma' was shifat.

1. Tauhid Rububiyah

Yaitu mengakui bahwa tidak ada Rabb (tuhan) semesta alam selain Allah yang telah menciptakan dan memberi rizki mereka. Dan tauhid jenis ini telah diakui oleh kaum musyrikin yang terdahulu, mereka bersaksi bahwa AllahlahYang Maha Pencipta, memiliki, mengatur, menghidupkan dan mematikan, Dialah yang Esa, tidak ada sekutu bagiNya.

Firman Allah swt :

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan pada mereka: "siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan ?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka kenapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)". Qs. Al Ankabut:61

Akan tetapi pengakuan dan kesaksian mereka itu tidaklah memasukkan mereka ke dalam Islam dan tidak menyelamatkan mereka dari neraka serta tidak melindungi darah dan harta mereka karena mereka tidak mewujudkan tauhid Uluhiyah, bahkan mereka menyekutukan Allah swt dengan sesuatu dalam mengibadahiNya yaitu dengan mengarahkan sesuatu dari ibadah tersebut kepada selainNya.

2. Tauhid Asma' wa shifat

Yaitu mengimani bahwa Allah swt memiliki zat yang tidak diserupai oleh zat-zat yang lain dan memiliki sifat-sifat yang tidak diserupai oleh sifat-sifat yang lain dna bahwa nama-namaNya menunjukkan dengan petunjuk yang pasti akan sifat-sifat sempurna yang mutlak bagi Allah swt.

Firman Allah swt:

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang maha Mendengar lagi maha Melihat". Qs. Asy Syura':11.

Juga mengitsbathkan (menetapkan) apa yang ditetapkan oleh Allah swt untuk diriNya dalam kitabNya atau RasulNya saw dengan penetapan yang layak lagi bagi keagunganNya tanpa penyerupaan ( tasybih), permisalan (tamtsil), pengingkaran makna sebenarnya yang terkandung dalam sifat tersebut (ta'thil), pengubahan (tahrif), mengalihkan dari makna yang sebenarnya (ta'wil), mempertanyakan atau menentukan bagaimana sifat Allah swt tersebut (takyif) dan kita tidak berusaha –dengan hati kita atau persepsi kita atau lisan kita- untuk mentakyif sesuatu dari sifat-sifatNya atau menyerupakan sifat-sifatNya dengan sifat-sifat para makhluk.

3. Tauhid Uluhiyah

Yaitu tauhidul ibadah yakni mengesakan Allah swt dengan seluruh macam-macam bentuk ibadah yang diperintahkan, seperti: berdoa, takut (khauf), berharap (raja'), bertawakal, mengharap, takut, khusyu' (tunduk), rasa takut yang disertai pengagungan (khosyyah), taubat (inabah), memohon pertolongan, berdoa ketika dalam kesulitan (istighatsah), menyembelih, bernadzar dan ibadah-ibadah lainnya yang telah diperintahkan oleh Allah swt. Qs. Al Jin:18

Dimana seorang manusia tidak mempersembahkan sesuatu dari ibadah-ibadah ini untuk selain Allah swt, tidak untuk para malaikat yang dekat dengan Allah swt, tidak untuk nabi dan rasul yang diutus, tidak untuk seorang wali yang shaleh dan tidak juga untuk seorang pun dari makhluk-makhlukNya, karena ibadah tidaklah sah kecuali untuk Allah swt.

Kesimpulan: berlepas diri dari penyembahan apa saja selain Allah swt dan menghadap dengan hati dan ibadah hanya kepada Allah swt. Tauhid tidak cukup hanya dengan pengakuan dan mengucapkan kalimat syahadat tanpa meninggalkan agmaa kaum musyrikin dan apa yang mereka lakukan berupa berdoa kepada selain Allah swt yaitu kepada orang-orang yang telah mati dan yang sejenisnya dan meminta syafaat (perantaraan) mereka kepada Allah dalam menghilangkan atau mengalihkan marabahaya, memohon bantuan dan pertolongan dari mereka dan lain-lainnya dari perbuatan-perbuatan syirik yang sangat bertentangan dengan tauhid.

Dan mewujudkan tauhid itu dengan cara mengetahuinya dan mengetahui hakikatnya serta melaksanakan hakikat tersebut secara ilmu dan amal. Dan hakikatnya itu ialah tertariknya ruh atau hati kepada Allah swt karena cinta, takut, inabah (taubat), tawakal, berdoa, ikhlas, pemuliaan, takut, pengagungan dan ibadah (penyembahan). Dan secara global tidak ada lagi dalam hati seorang hamba sesuatu untuk selain Allah swt, tidak juga keinginan terhadap sesuatu yang diharamkan Allah berupa perkara-perkara syirik, bid'ah dan maksiat-maksiat, baik besar maupun kecil dan tidak juga ketidaksukaan terhadap sesuatu yang diperintahkan Allah swt. Itulah hakikat tauhid dan hakikat لا اله إلا الله .

Makna لا اله إلا الله

Yakni tidak ada yang disembah dengan haq –baik di bumi maupun di langit- selain Allah swt semata yang tidak ada sekutu bagiNya. Karena sesembahan-sesembahan yang bathil itu banyak, akan tetapi sesembahan yang hak hanyalah Allah semata. Qs. Al Hajj:62

Makna Laa Ilaaha Illallah bukanlah: tidak ada pencipta selain Allah sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang-orang bodoh. Karena orang-orang kafir Quraisy yang diutus di tengah-tangah mereka Rasulallah saw mereka mengakui bahwa zat yang menciptakan dan mengatur (alam semesta ini) adalah Allah swt, akan tetapi mereka mengingkari jika seluruh ibadah (penyembahan) itu hanyalah untuk Allah semata tidak ada sekutu bagiNya. Qs. Shaad:5

Jadi mereka memahami dari kalimat ini (Laa Ilaaha Illallah) bahwa ia membatalkan penyembahan kepada siapapun selain Allah dan mengkhususkan penyembahan hanya untuk Allah semata, sedangkan mereka tidak menginginkan hal itu. Oleh karena itu Rasulallah saw memerangi mereka hingga mereka bersaksi bahwa tidak tuhan yang berhak disembah selain Allah dan melaksanakan hak-hak (kalimat tersebut) yaitu mengesakan Allah swt semata dalam beribadah yang tidak ada sekutu bagiNya.

Dengan demikian gugurlah apa yang diyakini oleh para penyembah kuburan dan orang-orang yang seperti mereka yaitu bahwa makna Laa Ilaaha Illallah adalah mengakui bahwasanya Allah itu ada atau bahwasanya Allah swt itu maha pencipta lagi maha berkuasa untuk membuat sesuatu yan belum pernah ada dan lain-lain yang sejenis itu dan bahwa barangsiapa yang meyakini hal itu maka dia telah mewujudkan tauhid secara mutlak meskipun dia malakukan penyembahan kepada selain Allah, berdo'a kepada orang-orang yang mati, bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada mereka dengan bernadzar dan thawaf di kuburan mereka serta bertabarruk (mengharap berkah) dengan tanah pekunuran mereka itu.

Orang-orang kafir Quraisy sebelum mereka, sungguh telah tahu bahwa konsekwensi Laa Ilaaha Illallah adalah meninggalkan penyembahan apa saja selain Allah dan megesakan Allah dalam beribadah dan bahwa seandainya mereka mengucapkan Laa Ilaaha Illallah akan tetapi masih saja terus menerus melakukan penyembahan kepada patung-patung, niscaya hal itu merupakan sikap bertolak-belakang terhadap diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak suka dengan sikap bertolak belakang. Sementara para penyembah kuburan sekarang ini suka dengan sikap bertolak-belakang yang buruk itu. Mereka mengucapkan Laa Ilaaha Illallah kemudian menggugurkannya dengan berdo'a (menyeru) kepada orang-orang yang telah mati, baik itu para Nabi, wali atau orang-orang shaleh, bertaqarrub kepada makam-makam mereka dengan berbagai macam bentuk penyembahan. Maka celakalah siapa saja yag Abu Jahal dan Abu Lahab lebih mengerti daripadanya tentang makna لا اله إلا الله .

Sungguh telah dating banyak hadits yang menjelaskan bahwa makna لا اله إلا الله adalah berlepas diri dari penyembahan selain Allah berupa perantara-perantara dan tandingan-tandainan dan mengesakan Allah swt dalam ibadah (penyembahan). Inilah petunjuk dan agama yang hak yang Allah swt telah mengutus Rasul-rasulNya dan menurunkan kitab-kitab suciNya. Adapun jika seseorang mengucapkan لا اله إلا الله tapi tanpa mengetahui maknanya dan tidak mengamalkan konsekwensinya atau ia mengakui bahwa ia termasuk dari ahlut tauhid sementara ia tidak tahu tauhid, bahkan boleh jadi ia mengikhlaskan untuk selain Allah swt dalam peribadatannya berupa berdo'a, rasa takut (khauf), penyembelihan hewan, nadzar, istighatsah (memohon pertolongan), tawakal, dan berbagai macam ibadatan lainnya, maka sesungguhnya orang ini telah menggugurkan tauhidnya bahkan ia menjadi musyrik jika keadaannya seperti itu !!

Ibnu Rajab berkata: maka sesungguhnya kemantapan hati terhadap makna لا اله إلا الله , kejujuran dan keikhlasannya dalam hal itu menghendaki untuk mengokohkannya di dalam hati tersebut pengilahian Allah semata, karena pengagungan, pemuliaan, rasa takut, cinta, raja' (berharap), ta'dhim, tawakal, dan ia dipenuhi oleh hal itu serta sirna darinya pengilahian apa yang selain Allah swt berupa makhluk-makhluk. Dan jika demikian halnya hati, niscaya tidak akan tersisa di dalamnya kecintaan, keinginan, dan pencarian terhadap selain yang diinginkan, dicintai dan dicari oleh Allah swt. Dengan demikian menjadi sirna dari hati semua hawa nafsu, keinginan-keinginan dan was-was syaithan.

Maka barangsiapa yang mencintai sesuatu atau mentaatinya dan mencintai serta membenci (sesuatu) karenanya maka ia adalah ilahnya (sesembahannya). Barangsiapa yang tidak mencintai dan tidak membenci kecuali karena Allah, tidak memberikan loyalitas dan tidak memusuhi kecuali karena Allah, maka adalah ilahnya secara hak. Dan barangsiapa yang mencintai karena hawa nafsunya dan membenci karenanya, memberikan loyalitas karenanya dan memusuhi karenanya maka ilahnya adalah hawa nafsunya. Qs. Al Frqan:43.

FADHILAH-FADHILAH KALIMATUL IKHLAS لا اله إلا الله

Telah terhimpun bagi kalimatul ikhlas fadhilah-fadhilah dan buah-buah yang banyak, akan tetapi fadhilah-fadhilah ini tidak akan bermanfaat bagai orang yang mengucapkannya hanya dengan sekedar mengucapkannya saja, ia tidak akan terwujud kecuali bagi siapa yang mengucapkannya dlaam keadaan mengimaninya dan mengamalkan konsekwensinnya. Di antara fadhilahnya yang paling agung ialah bahwa Allah swt mengharamkan dari neraka siapa saja yang mengucapkannya dengan niat mencari keridhaan Allah swt, sebagaimana dalam hadits Utbah bahwasanya Rasulallah saw bersabda:

"Sesungguhnya Allah swt mengharamkan dari neraka siapa saja yang mengucapkan لا اله إلا الله dengan niat mencari keridhaan Allah swt". (Mutafaq 'alaih). Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Allah mengharamkan dari neraka siapa saja mengucapkan لا اله إلا الله . akan tetapi hadits-hadits tersebut terikat dengan ikatan-ikatan yang kuat.

Dan sebagian besar orang yang mengucapkannya dikhawatirkan akan terfitnah/terhalangi darinya di saat kematian, ia terhalangi karena dosa-dosa yang terus menerus ia lakukan dan ia remehkan, sedangkan iman belum bercampur dengan kecerahan hatinya. Dan sebagian besar yang terfitnah disaat kematian dan di dalam kubur ialah orang-orang yang seperti mereka, sebagaimana dalam hadits, "Saya mendengar orang-orang mengucapkan sesuatu lalu saya mengucapkannya". (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Dan ketika itu tidak ada pertentangan antara hadits-hadits, karena jika ia mengucapkannya dengan ikhlas dan keyakinan yang sempurna niscaya –dalam keadaan seperti ini- ia tak akan terus menerus berbuat dosa sama sekali, karena kesempurnaan ikhlas dan yakinnya itu membuat Allah swt lebih dicintai olehnya dari segala sesuatu sehingga dalam hatinya tidak ada lagi keinginan terhadap apa yang diharamka Allah swt dan kebencian terhadap apa yang diperintahkan Allah swt. Dan inilah dia yang diharamkan dari neraka meskipun ia memiliki dosa-dosa sebelumnya. Karena sesungguhnya keiimanan, taubat, keikhlasan, mahabbah dan keyakinan ini tidaklah meninggalkan dosa baginya kecuali akan terhapus sebagaimana cahaya subuh menghapus kegelapan malam.

RUKUN-RUKUNNYA

Syahadat memiliki 2 rukun:

1. menafikan, yaitu pada perkataan لا اله

2. mengitsbatkan/mengukuhkan, yaitu dalam perkataan إلا الله .

* لا اله menafikan uluhiyah dari segala sesuatu yang selain Allah, sedangkan إلا الله mengitsbatkan uluhiyah untuk Allah semata yang tak ada sekutu bagiNya.

SYARAT-SYARAT لا اله إلا الله

Para ulama telah menyebutkan 7 persyaratan untuk kalimat ikhlas, yang ia tidak akan sah kecuali jika syarat-syarat tersebut disempurnakan oleh seorang hamba dan ia komitmen dengannya tanpa menggugurkan sesuatu darinya. Yang dimaksud dengan hal itu bukanlah menghituung lafadz-lafadz dna menghafalnya. Karena berapa banyak ornag yang menghafalnya dengan lancer bagaikan anak panah akan tetapi engkau lihat ia sering terjatuh pada apa yang membatalkannya ! adapun syarat-syarat itu adalah:

1. Ilmu ( العلم )

Yang dimaksud dengan ilmu ialah mengetahui maknanya secara penafian dan pengitsbatan dan perbuatan apa saja yang dituntut olehnya. Jika seorang hamba telah mengetahui bahwa hanya Allah swt semata yang berhak disembah dan bahwa penyembahan kepada selainNya adalah bathil serta ia beramal sesuai dengan tuntunan ilmu tersebut maka ia adalah seorang yang mengetahui maknanya. Sendangkan lawan dari ilmu adalah kebodohan, yang mana ia tidak mengetahui wajibnya mengesakan Allah swt dalam beribadah, bahkan ia berpendapat bolehnya menyembah kepada selain Allah swt. Qs. Muhammad:19, Az Zukhruf:86, yakni siapa saja yang bersaksi dengan لا اله إلا الله sedang dia mengetahui dengan hati-hati mereka apa yang mereka ucapkan dengan lisan-lisan mereka.

2. Yakin (اليقين )

Yaitu mengucapkan syahadat dengan keyakinan dan hatinya merasa tentram dengannya tanpa sedikitpun dipengruhi oleh keragu-raguan yang ditebarkan oleh syetan-syetan, jin dan manusia. Ia mengucapkannya dengan meyakini kandungannya dengan keyakinan yang mantap. Siapa saja yang mengucapkan syahadat harus meyakini dengan hatinya dan percaya akan kebenaran ucapannya bahwa keilahian Allah swt adalah benar, sedangkan keilhian yang selainNya adalah bathil dan bahwa tidak boleh dipersembahkan kepada selainNya sesuatu dari bentuk-bentuk penyembahan dan peribadatan. Jika ia syak (ragu-ragu) dalam syahadat atau ragu tentang kebathilan penyembahan kepada selain Allah swt seperti jika ia berkata, "Saya memastikan benarnya keilahian selainNya", maka syahadatnya batal dan tidak bermanfaat baginya. Qs. Al Hujurat:15

3. Menerima ( اليقين )

Yakni menerima semua tuntutan (konsekwensi) dari kalimat tersebut dengan hati dan lisannya, ia mesti membenarkan khabar-khabar dan mengimani apa saja yang dari Allah swt dan RasulNya saw serta menerima itu semua, tidak menolak sesuatu pun darinya dan tidak berbuat lancang terhadap nash-nash dengan ta'wil yang rusak dan penyimpangan (tahrif) yang dilarang oleh Allah swt. Qs. Al Baqarah:136

Lawan dari menerima adalah menolak. Ada orang yang telah mengetahui makna syahadat dan meyakini kandungannya akan tetapi ia menolaknya karena takabur dan hasad. Qs. …….

…………………………

dan termasuk dari penolakan serta tidak menerima adalah siapa yang menyanggah sebagian hokum-hukum syar'I atau hudud (pidana Islam) atau tidak meyakininya. Qs. …………

4. Tunduk ( الإنقياد )

Hal itu dilakukan dengan cara tuunduk terhadap apa yang ditunjukkan oleh kalimatul ikhlas, yaitu pasrah dan patuh serta tidak ……… terhadap sesuatu dari hokum-hukum Allah swt. Qs. ……..

Dan juga tunduk terhadap apa yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul saw, ridho dengannya dan mengamalkannya tanpa ………. Atau menambahkan atau mengurangi. Jika ada seseorang telah tahu makna لا اله إلا الله meyakininya dan menerimanya, akan tetapi ia tidak tunduk dan patuh serta pasrah dan tidak beramal sesuai dengan tuntutan apa yang telah ia ketahui itu, maka hal itu tidaklah bermanfaat baginya. Dan termasuk dari ketidaktundukan ialah tidak berhakim kepada syariat Allah swt dan menggantinya dengan undang-undang buatan manusia.

5. Jujur ( الصدق )

Yaitu jujur kepada Allah swt dan hal itu dilakukan dengan cara ia jujur dalam keimanannya, dan akidahnya. Dan jika demikian halnya maka ia akan membenarkan apa yang dating dari kitab-kitab Rabbnya dan sunnah NabiNya saw. Jujur adalah asas dari ucapan-ucapan. Dan termasuk dari kejujuran adalah jujur dalam dakwah, mengerahkan kemampuan untuk ta'at kepada Allah swt dan menjaga hudud (hukum-hukumNya). Qs. At Taubah:119. sedangkan lawan dari jujur adalah dusta, maka jika seorang hamba berdusta dalam keimanannya, maka ia bukanlah seorang mu'min tetapi seorang munafik, meskipun ia mengucapkan syahadat dengan lisannya. Maka sesungguhnhya syahadat itu tidak akan menyelamatkannya.

Dan termasuk dari apa yang menafikan kejujuran dalam syahadat ialah mendustakan apa yang dibawa oleh Rasulallah saw atau mendustakan sebagian dari yang Beliau bawa, karena Allah swt telah memerintahkan kita untuk menta'ati dan membenarkan Beliau serta mengaitkan hal itu dengan keta'atan kepadaNya.

6. Ikhlas ( الإخلاص )

Yaitu memurnikan amalnya dengan niat yang baik, bersih dari semua campuran-campuran syirik. Hal itu dilak ukan dengan cara seluruh perkataan dan perbuatan yang keluar darinya diniatkan untuk wajah Allah swt semata, dan mencari ridhaNya, tidak ada campuran riya' atau sum'ah, atau ingin mendapatkan manfaat atau kepentingan pribadi, atau terdorong beramal karena mencintai seseorang atau madzhab atau partai yang ia pasrah kepadanya tanpa petunjuk dari Allah swt. Qs. An Nisa':48

7. Kecintaan ( المحبة )

Yaitu kecintaan kepada kalimat yang agung ini, kandungannya dan tuntutannya, maka ia mencintai Allah swt dan RasulNya saw mendahulukan cinta kepada keduanya diatas semua kecintaan dan menunaikan syarat-syarat serta konsekwensi-konsekwensinya, maka ia mencintai Allah swt dengan kecintaan yang disertai pemuliaan, pengagungan, rasa takut dan penuh harap. Dan termasuk dari mahabbah ialah mendahulukan apa-apa yang dicintai Allah swt daripada apa-apa yang dicintai dirinya, syahwatnya, dan keinginan-keinginannya. Dan termasuk dari mahabbah juga ialah membenci apa yang dibenci oleh Allah swt, maka ia membenci orang-orang kafir, memsuhi mereka, membenci kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan. Dan tanda dari mahabbah ini ialah tunduk kepada syari'at Allah swt dan mengikuti Muhammad saw dalam segala hal. Qs. Ali Imran:31

Dan lawan dari kecintaan ialah benci kepada kalimat ini, kepada kandungannya dan tuntutannya atau mencintai selain Allah swt. Qs. Muhammad:9

Dan yang termasuk dari yang menafikan mahabbah ialah membenci Rasul saw, loyal (wala') kepada musuh-musuh Allah swt, RasulNya dan memusuhi wali-wali Allah saw dari orang-orang mu'min.

MAKNA SYAHADAT BAHWA MUHAMMAD SAW ADALAH RASULALLAH

Yaitu: menta'ati apa yang dia perintahkan, mempercayai apa yang dia khabarkan, menjauhi apa yang dia larang dan dia cegah, dan hendaklah Allah swt tidak disembah kecuali dengan apa yang dia syari'atkan. Seorang muslim wajib memenuhi rukun-rukun syahadat (yang empat tersebut), maka tidaklah sempurna kesaksian bahwa dia adalah Rasulallah saw siapa yang mengucapkannya dengan lisannya akan tetapi meninggalkan perintahnya, melanggar larangannya, menta'ti selainya atau menyembah Allah swt tidak menurut syariatnya. Nabi saw bersabda: "Barangsiapa yang menta'atiku maka ia telah menta'ati Allah swt, dan barangsiapa yang maksiat (durhaka) kepadaku maka ia telah bermaksiat kepada Allah swt." (HR. Bukhari ). Dan beliau saw bersabda: "Barangsiapa yang mengada-ada dalam perkara kami ini apa yang bukan darinya maka ia tertolak ". (HR. Mutafaq 'alaih).

Dan termasuk dari tuntutan syahadat ini ialah hendaknya seseorang tidak meyakini bahwa Rasulallah saw memiliki hak Rububiyah (ketuhanan) dan mengatur alam atau hak untuk disembah. Dia adalah seorang hamba yang tidak boleh disembah dan seorang rasul yang tidak boleh didustakan, dan dia tidak berkuasa untuk mendatangkan suatu manfa'at atau menolak suatu mudharat untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain kecuali apa yang dikehendaki Allah swt.

(Diterbitkan dan dibagi-bagikan oleh Darul Wathan Lin Nasyri, Riyad – Saudi Arabia dengan judul asli, At Tauhid: Ma'nahu …… Aqsaamuhu ……… Fadhaailuhu…..)

0 komentar:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template