Kamis, 15 Januari 2009

BERPIJAK KOKOH DALAM AGAMA ALLAH

            Sesungguhnya tsabat (kekokohan) merupakan tuntutan mutlak bagi setiap muslim yang benar keimanannya serta menghendaki jalan lurus dengan penuh tekad dan berdasarkan petunjuk.

Pentingnya pembahasan ini dapat dilihat dari berbagai hal-hal  berikut ini :

            - Kondisi kehidupan masyarakat saat ini di mana kaum muslimin hidup di dalamnya serta banyaknya fitnah dan godaan-godaan yang apinya menjalar kemana-mana, sementara itu berbagai macam bentuk syubhat dan syahwat yang menyebabkan agama ini menjadi asing, sehingga orang-orang yang berpegang teguh di dalamnya termasuk ke dalam sebuah perumpamaan:

] القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ [

“ Orang yang menggenggam (berpegang teguh terhadap) agamanya, bagaikan  orang yang menggenggam bara api “

Tidak diragukan lagi bagi orang yang memiliki pandangan, bahwa kebutuhan seorang muslim saat ini akan faktor-faktor yang mendukung keteguhannya lebih besar dari pada  kebutuhan saudara-saudaranya pada masa lalu, dan perjuangan untuk merealisasikannyapun lebih berat; karena zaman yang telah rusak, sedikitnya kawan seperjuangan serta lemah dan sedikitnya orang yang membantu.

            - Banyaknya terjadi peristiwa Riddah (keluar dari Islam) dan mundur dari medan perjuangan serta penyelewengan-penyelewengan yang bahkan hal tersebut terjadi pada sebagian aktivis-aktivis Islam, sehingga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi seorang muslim akan tragedi tersebut. Maka akhirnya mereka mencari sarana-sarana yang dapat mendatangkan keteguhan sehingga dirinya mendapatkan tempat yang aman.

            - Keterkaitan pembahasan ini dengan hati, yang mana Rasulullah  pernah Sabdakan :

 ] لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلاَباً مِنَ الْقِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً [ رواه أحمد 6/4 والحاكم 2/287 وهو في السلسلة الصحيحة 1772

“Sesungguhnya hati anak Adam itu lebih keras goncangannya dari pada ketel (tempat memasak air) yang di dalamnya terdapat air yang mendidih “( [1])

Rasulullah e juga memberikan perumpamaan lain terhadap hati dalam sabdanya:

] إِنَّمَا سُمِّىَ الْقَلْبُ من تَقَلُّبِهِ، إِنَّمَا مَثَلُ الْقَلْبِ كَمَثَلِ رِيْشَةٍ فِى شَجَرَةٍ يُقَلِّبُهَا الرِّيْحُ ظَهْرًا لِبَطْنٍ [ رواه أحمد 4/408 وهو في صحيح الجامع 2361

“Sesunggunnya hati (qalb) dinamakan hati karena sifatnya yang suka berbolak balik (taqallub), sesungguhnya perumpamaan hati  bagaikan sehelai dedaunan di pohon yang dibolak-balikkan oleh angin“([2])

Seorang penyair berkata:

 وَمَاسُمِّيَ الإِنْسَانُ إِلاَّ لِنَسْيِهِ        وَلاَ الْقَلْبُ إِلاَّ أَنَّهُ يَتَقَلَّبُ

Tidaklah manusia dinamakan insan kecuali karena pelupanya (an-nasyu)

Dan tidaklah hati dinamakan qalbu kecuali karena sifatnya yang suka bolak-balik (taqallub).

            Memantapkan hal yang suka berbolak balik karena badai syahwat dan syubhat merupakan  perkara  yang sangat penting, membutuhkan upaya yang maksimal untuk mengatasinya sesuai dengan besar dan beratnya tantangan yang dihadapi.

 

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KETEGUHAN

            Termasuk kasih sayang Allah  kepada kita sekalian adalah diterangkannya  faktor-faktor yang mendatangkan keteguhan dalam Kitab-Nya yang mulia atau lewat Rasul-Nya. Dan akan kami ketengahkan kepada anda pembaca  sekalian sebagian diantaranya:

Pertama: Berpegang Teguh Kepada Al Quran

            Al-Quran yang mulia merupakan alat peneguh yang paling utama, dia merupakan tali  Allah yang kuat, cahaya yang terang, siapa yang berpegang teguh kepadanya, Allah akan melindunginya, siapa yang mengikutinya Allah akan menyelamatkannya dan siapa yang menyeru kepadanya akan ditunjukkan kepadanya jalan yang lurus.

            Allah  telah menjelaskan bahwa tujuan diturunkannya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah untuk mendatangkan keteguhan. Allah  berfirman saat membantah syubhat-syubhat orang-orang kafir:

] وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيْلاً. وَلاَ يَأْتُوْنَكَ بِمَثَلٍ إِلاَّ جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيْرًا [ سورة الفرقان : 32-33 

“Berkatalah orang-orang kafir : “Mengapa Al Quran tidak diturunkan kepadanya sekali saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu  (membawa)  sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan  kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya“ (Al Furqon : 32-33)

Mengapa Al Quran menjadi sumber peneguh ?

            C Karena Al-Quran dapat menumbuhkan keimanan, dan membersihkan hati, karena adanya hubungan dengan Allah ta’ala.

            C Karena ayat-ayat-Nya yang diturunkan menyejukkan dan menyelamatkan hati seorang mu’min dari goncangan badai fitnah. Hati menjadi tenang dengan berzikir kepada Allah.

            C Karena Al Quran membekali seorang muslim dengan gambaran dan nilai-nilai yang  shahih (benar) yang dengannya dia dapat menilai  kondisi di sekelilingnya, demikian juga Al Quran membekalinya dengan standar hukum bagi segala bidang sehingga dirinya tidak ragu dalam menentukan sebuah  hukum sementara  ucapannya tidak kontradiktif karena adanya perbedaan dalam setiap kejadian dan pendapat-pendapat manusia.

            C Karena Al Quran membantah berbagai macam syubhat (keragu-raguan) yang dihembuskan oleh musuh-musuh Islam dari golongan orang-orang kafir dan munafiq sebagaimana kasus yang pernah dialami oleh generasi pertama, berikut beberapa contohnya:

            C Bagaimanakah pengaruh Firman Allah Ta’ala :

} مَا وَدَّعَكَ رَبُّكُ وَمَا قَلَى {

“ Rabb-mu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula membenci kamu”. ( Adh-dhuha: 3 )

Terhadap jiwa Nabi Muhammad, tatkala orang-orang musyrik berkata :

"وُدِع محمد…"

 (Muhammad telah ditinggalkan))([3])

            C Bagaimanakah pengaruh Firman Allah Ta’ala:

 ] لِسَانُ الَّذِيْ يُلْحِدُوْنَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِيْنٌ[ سورة النحل : 103

“Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan  (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang “ (An Nahl : 103)

            Bagaimanakah pengaruhnya tatkala orang-orang kafir Quraisy menuduh bahwa Nabi Muhammad diajarkan oleh seseorang dan dia mengambil Al-Quran dari seorang tukang kayu berbangsa Romawi di Makkah ?

            C Bagaimanakah pengaruh Firman Allah Ta’ala : "أَلاَ فِي الفِتْنَةِ سَقَطُوا"  (Ketahuilah bahwa mereka terjerumus kedalam fitnah) (At Taubah : 49), dalam jiwa orang-orang beriman tatkala orang-orang munafik berkata :  

"ائذن لي ولاتفتني" 

(Berilah saya izin ( untuk tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus kedalam fitnah)

            Bukankah semua itu (ayat-ayat diatas) memberikan keteguhan, pengikat di antara hati-hati orang beriman, membantah berbagai macam syubhat dan membungkam pendukung-pendukung kebathilan ?

            Yang menarik adalah tatkala Allah  menjanjikan kepada orang-orang beriman dengan ghanimah (rampasan perang) yang banyak setelah mereka kembali dari Hudaibiyah (yaitu ghanimah perang Khaibar) dan ghanimah tersebut hanya mereka yang berhak mengambilnya karena hanya mereka yang berangkat kesana dan kemudian orang-orang munafik meminta agar dibolehkan untuk turut bersama mereka dan kaum muslimin akan berkata: ”Kamu sekali-kali tidak boleh mengikuti kami”, kemudian mereka terus menuntut dan hendak merubah janji Allah dan bahkan mereka akan berkata: “Sebenarnya kalian dengki kepada kami” maka kemudian Allah memberikan jawaban kepada mereka : “Bahkan mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali”. Demikianlah semuanya terjadi babak demi babak dihadapan kaum muslimin.([4])

            Dari sini kita dapat membedakan antara orang-orang  yang selalu mengaitkan kehidupannya dengan Al-Quran dan berpegang teguh kepadanya baik dalam bentuk membacanya, menghafalnya, mengkaji dan mempelajarinya (darinya dia bertitik tolak dan kepadanya dia kembali), dengan orang-orang yang menjadikan ucapan manusia sebagai pusat perhatiannya dan kesibukannya.

            Seyogyanya para penuntut ilmu menjadikan pemahaman terhadap Al-Quran sebagai bagian utama dari kajiannya.

Kedua: Berpegang Teguh Kepada Syariat Allah Dan Beramal Shaleh

            Allah berfirman :

 ] يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ في الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللهُ الظَّالِمِيْنَ وَيَفْعَلُ اللهُ مَا يَشَاءَ [ سورة إبراهيم : 27

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki” (Ibrahim : 27)

            Qatadah  berkata: “Adapun dalam kehidupan dunia mereka akan diberikan keteguhan dengan kebaikan dan amal shaleh, sedangkan yang dimaksud dengan akhirat adalah alam kubur” demikian juga halnya dengan beberapa riwayat dari beberapa ulama salaf.[5]  Allah ta’ala berfirman:

] وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهِ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيْتاً [ سورة النساء : 66

“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka  dan lebih menguatkan  (iman mereka) ” (An Nisa : 66)

Yang dimaksud adalah memberikan kekuatan atas Al-Haq (kebenaran). Hal ini jelas, jika tidak, maka apakah kita akan mengharapkan adanya keteguhan dari orang-orang yang malas dan berpangku tangan dalam beramal shaleh sementara fitnah telah menjalar kemana-mana?!. Akan tetapi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh Allah akan memberikan petunjuk kepada mereka ke jalan yang lurus. Oleh karena itu Rasulullah  selalu melaksanakan amal shaleh. Sedang amalan yang paling disenanginya adalah yang kontinyu (terus menerus) walaupun sedikit. Begitu juga para sahabatnya, jika mereka melakukan suatu amalan mereka memantapkannya. Adalah Aisyah  jika melakukan suatu  pekerjaan dia tidak meninggalkannya setelah itu. Rasulullah bersabda:

] مَنْ ثَابَرَ عَلَى اثْنَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةَ [ سنن الترمذي ط شاكر 2/273 وقال : الحديث حسن صحيح . وهو في صحيح النسائ 1/388 وصحيح الترمذي

 “Siapa yang secara kontinyu melaksanakan (shalat sunnah rawatib) dua belas rakaat, wajib baginya mendapatkan syurga ”[6]

Terdapat dalam hadits qudsi:

] وَلاَيَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ [ رواه البخاري. أنظر فتح الباري 11/340

“Dan hambaku (yang) selalu bertaqarrub kepadaku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya “[7]

Ketiga: Memperhatikan kisah-kisah para nabi dan mempelajarinya untuk dijadikan teladan dalam perbuatan .

            Landasan hal tersebut adalah firman Allah ta’ala  :

] وَكُلاًّ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ في هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِيْنَ [ سورة هود : 120

“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman “ (Huud : 120)

            Ayat-ayat tersebut  diturunkan pada zaman Rasulullah  bukan untuk main-main dan senda gurau, akan tetapi untuk sebuah tujuan agung yaitu memantapkan hati Rasulullah e dan orang-orang beriman yang bersamanya.

            C Jika engkau perhatikan  -wahai saudaraku- Firman Allah Ta’ala:

] قَالُوْا حَرِّقُواْ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِيْنَ. قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِي بَرْدًا وَسَلاَماً عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَأَرَادُوْا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمْ الأَخْسَرِيْنَ [ سورة الأنبياء : 68-70

“Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka kami menjadikan mereka itu orang-orang yang merugi “ (Al-Anbiya : 68-70)

Ibnu Abbas a berkata: “Ucapan Ibrahim yang terakhir tatkala dilempar ke dalam api adalah :

] حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ [

“ Cukuplah Allah bagiku sebaik-baik pelindung “[8]

            Tatkala anda memperhatikan kisah ini, bukankah akan anda rasakan adanya nilai-nilai keteguhan -ketika berhadapan  dengan thaghut dan penyiksaan- yang meresap ke dalam jiwa anda..?

            C Seandainya anda merenungi kisah nabi Musa u yang terdapat dalam firman Allah ta’ala:

 ] فَلَمَّا تَرَاءَ الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوْسَى إِنَّا لَمُدْرَكُوْنَ. قَالَ كَلاَّ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِيْنَ [ سورة الشعراء : 61-62

“Maka setelah kedua golongan  itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Robbku besertaku kelak Dia akan memberikan petunjuk kepadaku” (Asy Syuara : 61-62)

            Bukankah -saat memperhatikan kisah ini- anda akan merasakan nilai lain dari keteguhan saat menghadapi orang-orang zholim, dan keteguhan pada saat-saat yang sangat kritis sementara disekelilingnya terdengar teriakan keputus asa’an.

            Begitu juga jika anda mengamati kisah para penyihir Firaun, anda akan menyaksikan sebuah contoh yang sangat menarik tentang sekelompok orang yang teguh dengan kebenaran yang telah jelas baginya.

            Anda akan menyaksikan pelajaran yang sangat berharga tentang sebuah keteguhan yang kokoh dalam jiwa saat menghadapi intimidasi orang zholim yang berkata:

] آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيْرُكُمُ الَّذِيْ عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ، فَلأَُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلاَفٍ وَلأَُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوْعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَاباً وَأَبْقَى [ سورة طه : 71

“Berkata Fira’un: “Apakah kamu telah beriman kepadanya  (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara timbal balik dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon  kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa diantara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya”  (Thaahaa : 71)

            Perhatikanlah keteguhan sekelompok  kecil kaum beriman yang tidak gentar sedikitpun saat mereka berkata:

] لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَاجَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ  الدُّنْيَا  [ سورة طه : 72

“Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mu’jizat) yang telah datang kepada kami dan daripada Robb yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan  pada kehidupan di dunia ini saja”  (Thaahaa : 72)

            Demikian juga halnya dengan kisah orang-orang beriman pada surat Yasiin dan seorang mu’min pada keluarga Firaun serta Ashhabul Ukhdud (orang-orang yang dibakar di parit karena beriman kepada Allah) dan yang lainnya, dimana keteguhan merupakan pelajaran yang paling berharga di dalamnya.

Keempat: Berdoa

            Termasuk karakteristik hamba Allah yang beriman adalah mereka mengarahkan doanya kepada Allah agar memberikan keteguhan kepada mereka:

  ] رَبَّناَ لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا [

 ] رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْراً وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا [

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau goyahkan hati kami setelah Engkau beri kami petunjuk”

“Ya Rabb kami, limpahkanlah  kepada kami kesabaran dan mantapkanlah kaki-kaki kami”

            Karena “Semua hati anak Adam terletak diantara dua jari Ar-Rahman bagaikan satu hati, Dia mengalihkannya sekehendakNya”1, maka Rasulullah  senantiasa membaca doa:

 ] يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ [

“Ya (Allah) Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agamaMu”2

Kelima: Zikrullah

            Zikrullah termasuk faktor penting yang mendatangkan keteguhan.

            Perhatikanlah adanya keterkaitan antara dua perkara tersebut (keteguhan dan zikrullah) dalam firman Allah ta’ala :

] يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا لَقِيْتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيْراً [ سورة الأنفال:45

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya” (Al Anfal : 45)

            Allah ta’ala menjadikan zikrullah sebagai penyebab yang sangat penting dalam mendatangkan keteguhan saat berjihad.

            “Perhatikanlah bagaimana tentara-tentara Persi dan Romawi ditinggalkan oleh sesuatu yang paling mereka butuhkan”[9] padahal jumlah dan peralatan  orang-orang yang selalu  berzikir kepada Allah sedikit.

            C Perhatikanlah dengan apa nabi Yusuf memelihara keteguhannya saat menghadapi fitnah wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan  yang  mengajaknya untuk berbuat zina  ? Bukankah dia  berlindung di balik benteng  مَعَاذَ الله (Aku berlindung kepada Allah) sehingga gelombang tentara-tentara syahwat tersebut hancur berantakan di depan pagar-pagar benteng zikrullah ?

            Demikianlah kekuatan zikir dalam memberikan keteguhan kepada orang-orang beriman.

Keenam: Berupaya agar setiap muslim menempuh jalan yang benar (shahih)

            Satu-satunya jalan yang benar yang wajib bagi setiap muslim untuk menempuhnya  adalah ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah; jalan kelompok yang mendapatkan pertolongan dan keselamatan, pemilik aqidah yang murni dan dasar yang benar, pengikut sunnah dan dalil, yang berbeda dari musuh-musuh Allah dan menjauhkan diri dari pendukung kebathilan.

            Jika anda ingin mengetahui nilai masalah ini dalam mendatangkan keteguhan, perhatikanlah dan tanyalah diri anda sendiri: Mengapa banyak orang        dahulu maupun sekarang- yang mengalami kesesatan  dan kebingungan dan kaki-kaki mereka tidak teguh di jalan yang lurus ?, atau menemukan jalan yang lurus setelah dia menghabiskan sebagian besar umurnya dan menyia-nyiakan waktunya yang berharga dalam kehidupannya ?.

            Akan anda dapati ada di antara mereka yang berpindah-pindah dari satu kesesatan dan bid’ah kepada kesesatan dan bid’ah yang lainnya, dari filsafat kepada ilmu kalam, dari pemikiran Mu’tazilah yang melakukan tahrif dan ta’wil (merubah dan menta’wil sifat-sifat Allah) kepada pemikiran Murji’ah yang menyerahkan segala-galanya kepada Allah, dari satu tarekat tasawwuf kepada yang lainnya….

            Demikianlah para pelaku bid’ah mengalami kebingungan dan kegalauan; dan  perhatikanlah bagaimana ahli kalam terhalang untuk mendapatkan keteguhan saat-saat menghadapi kematiannya, sehingga ada salah seorang ulama salaf yang mengatakan:“Orang yang paling banyak mengalami keraguan di saat kematiannya adalah ahli kalam”.

            Tetapi pikirkan dan amatilah apakah ada salah seorang diantara Ahli Sunnah wal Jamaah yang keluar darinya dengan kebencian setelah dia mengenalnya, memahaminya dan menjalaninya ? Boleh jadi ada orang yang meninggalkannya karena hawa nafsu  dan syubhat yang menghinggapi akalnya yang lemah, tetapi tidak ada yang meninggalkannya setelah dia melihat ada yang lebih benar darinya dan adanya kebatilan yang terdapat di dalamnya (ajaran Ahli Sunnah wal Jamaah).

            Hal tersebut dapat dibuktikan dari tanya jawab yang terjadi antara Heraclius dan Abu Sufyan, saat Heraclius bertanya: “Apakah ada diantara mereka -setelah masuk kedalam agamanya- lalu  murtad darinya (Islam) karena kebenciannya terhadap agama tersebut?”, dijawab oleh Abu Sufyan: “Tidak ada”, kemudian Heraclius berkata: “Demikianlah halnya iman jika sudah menerangi hati seseorang”[10]

            Kita sering mendengar tokoh-tokoh besar yang telah berpindah-pindah dari satu bid’ah kepada bid’ah yang lainnya, tetapi kemudian Allah berikan kepada mereka hidayah sehingga mereka tinggalkan kebatilannya dan pindah ke mazhab Ahli Sunnah wal Jamaah dengan membawa kebencian atas mazhabnya yang pertama, tetapi apakah kita mendengar berita sebaliknya ?!

            Maka jika anda menginginkan keteguhan, ikutilah jalan orang-orang beriman.

Ketujuh: Tarbiyah (pembinaan)

            Ada empat bentuk tarbiyah yang sangat mendasar yang dapat mendatangkan keteguhan, yaitu Tarbiyah Imaniyah (pembinaan keimanan), Ilmiah (keilmuan), Wa’iyah (penyadaran) dan Mutadarrijah (bertahap).

            Yang dimaksud dengan Tarbiyah Imaniyah adalah: tarbiyah yang dapat menghidupkan hati dengan perasaan Khouf (takut), Roja’ (berharap) dan Mahabbah (cinta) yang dapat menyingkirkan kegersangan hati akibat jauh dari nash-nash Al Quran dan As-Sunnah dan hanya memperhatikan ucapan-ucapan orang-orang tertentu.

            Yang dimaksud dengan Tarbiyah Ilmiah adalah: Tarbiyah yang berdiri diatas dalil yang shahih yang terhindar dari taklid buta yang tercela.

            Yang dimaksud dengan Tarbiyah Wa’iyah adalah: tarbiyah yang tidak menempuh jalan orang-orang yang menyimpang, tetapi mempelajari strategi musuh-musuh Islam serta memahami realitas yang ada, memahami setiap kejadian dan memberikan penilaian terhadapnya, menghindari ketertutupan dan tenggelam dalam lingkungan yang sempit dan terbatas.

            Yang dimaksud dengan Tarbiyah Mutadarrijah adalah: tarbiyah yang mengantarkan seorang muslim sedikit demi sedikit menaiki tangga kesempurnaannya dengan metode yang seimbang, menghindari  ketergesa-gesaan yang merusak.

            Agar kita dapat mengetahui pentingnya masalah ini sebagai faktor peneguh, maka kita dapat melihat kembali siroh Rasulullah e dan kemudian   bertanya kepada diri kita masing-masing.

            Apa yang menjadi sumber keteguhan para sahabat saat menghadapi masa-masa penindasan?

            Bagaimana Bilal, Khabbab, Mush’ab dan keluarga Yasir serta yang lainnya dari golongan lemah dan  bahkan   para   pembesar   sahabat   tetap   teguh   saat mengalami pemboikotan  dan  lain-lain ?

            CApakah mungkin mereka dapat tabah tanpa tarbiyah intensif dalam cahaya kenabian yang menerangi kepribadian   mereka ?

            C Kita ambil contoh seorang sahabat seperti Khabbab bin Art t, saat tuan perempuannya memanggang tusuk besi hingga memerah kemudian beliau (Khabbab) dengan punggung telanjang dilemparkan ke atasnya dan besi tersebut baru padam setelah menembus punggungnya dan gajihnya meleleh di atasnya. Apa yang membuatnya sabar atas  itu semua ?

            Demikian juga halnya dengan Bilal yang ditindih batu di tengah panasnya padang pasir dan Sumayyah yang dirantai dan dibelenggu…

            Ada sebuah pertanyaan yang muncul pada fase Madinah, siapa yang tetap teguh bersama Rasulullah e pada perang Hunain saat banyak kaum muslimin yang mundur kebelakang ? Apakah mereka (yang tetap teguh itu) adalah orang-orang yang baru masuk Islam  atau mereka  yang masuk Islam saat terjadi Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) yang tidak mendapatkan tarbiyah dalam waktu yang cukup dari Rasulullah e dan banyak diantara mereka yang berperang semata-mata karena mengharapkan ghanimah (harta rampasan) ? Ternyata tidak….justru yang tetap teguh adalah mereka yang telah mendapatkan gemblengan yang cukup dalam tarbiyah Rasulullah e ?

            Seandainya tidak ada tarbiyah apakah mereka akan tetap teguh ?

Kedelapan: Tsiqoh (yakin) terhadap jalan yang ditempuh.

            Jika keyakinan terhadap jalan yang ditempuh oleh seorang mu’min semakin bertambah, maka tidak diragukan lagi akan semakin  memperbesar keteguhannya ... untuk menumbuhkan hal tersebut dapat dilakukan beberapa hal:

            - Menumbuhkan perasaan bahwa jalan lurus yang ditempuhnya bukanlah perkara baru yang baru ada pada masanya, tetapi dia merupakan jalan agung yang sebelumnya telah ditempuh oleh para Nabi, orang-orang yang benar, para Ulama, Syuhada dan orang-orang Shalih, maka akan sirnalah rasa keterasingan kita. Kesepian akan berganti menjadi kedamaian, berbagai kepedihan akan menjadi kesenangan karena adanya  perasaan bahwa mereka semua saudara-saudara seperjalanan dan seperjuangan.

            - Adanya perasaan  bahwa dirinya terpilih; Allah l  Berfirman:

] الْحَمْدُ للهِ وَسَلاَمٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى [  سورة النمل:59

“Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya” (An Naml: 59)

] ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا [ سورة فاطر: 32

“Kemudian Kitab itu Kami wariskan  kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami” (Fathir : 32)

] وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الأَحَادِيْثِ [ سورة يوسف:6

“Dan demikianlah Robbmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkannNya kepadamu sebagian dari ta’bir mimpi-mimpi” (Yusuf : 6)

            Sebagaimana Allah ta’ala memilih para nabi maka orang-orang shalehpun mendapatkan bagian dari keterpilihan tersebut karena mereka mewarisi ilmu para nabi.

            - Bagaimana perasaan anda seandainya Allah menciptakan anda menjadi benda mati, atau hewan atau seorang kafir atheis atau penyeru kepada bid’ah dan kefasikan atau menjadi seorang muslim tetapi tidak menyeru kepada agamanya, atau menjadi penyeru ke jalan yang sesat ?

            - Bukankah dengan adanya perasaan bahwa Allah telah memilihnya dan menjadikannya seorang da’i dari kalangan Ahli Sunnah Wal jamaah akan menjadi faktor dapat meneguhkannya di atas jalan yang ditempuhnya ?

Kesembilan : Berdakwah di jalan Allah ta’ala.

            Jiwa jika tidak diajak bergerak, menjadi pasif dan kemudian akan rusak. Termasuk medan yang paling  baik bagi jiwa ini untuk bergerak adalah: Berdakwah di jalan Allah yang  merupakan tugas para rasul, pembebas jiwa ini dari siksaan. Dengan berdakwah, potensi akan tersalurkan dan sebuah misi akan terlaksana :

] فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ [ سورة الشورى : 15

“ Maka dari itu serulah  (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu“ (Asy Syuro : 15)

            Dan tidak benar kalau ada yang mengatakan “si fulan tidak mengalami kemajuan, juga kemunduran”, karena yang namanya jiwa jika tidak disibukkan dengan ketaatan dia akan disibukkan dengan kemaksiatan, dan iman itu sendiri dapat bertambah dan  berkurang.

            Berdakwah   dengan   Manhaj  (sistem) yang   shahih dengan  meluangkan waktu, memeras pikiran dan tenaga, lidah  yang selalu berucap, sehingga dakwah bagi seorang muslim merupakan pusat kesibukannya, akan menjadi penutup jalan bagi syetan yang akan menyasatkannya dan menyebarkan fitnah kepadanya.

            Lebih dari itu, seorang da’i akan memiliki perasaan tertantang untuk menghadapi rintangan, saat menghadapi para penentangnya dan pendukung kebathilan di jalan dakwahnya, maka imannya akan semakin naik dan menguat.

            Dan dakwah selain di dalamnya terdapat pahala yang besar merupakan salah satu sarana yang dapat mendatangkan keteguhan dan melindunginya dari kemunduran; karena yang menyerang itu tidak perlu bertahan. Allah bersama para da’i meneguhkan  mereka dan melindungi setiap langkah mereka. Seorang da’i bagaikan seorang dokter yang memerangi penyakit dengan keahlian dan  ilmunya, dan karena dia yang memerangi penyakit orang lain maka dengan sendirinya dia adalah orang yang lebih terhindar dari penyakit tersebut.

Kesepuluh: Berada di sekitar orang-orang yang dapat mendatangkan keteguhan.

            Terdapat orang-orang yang sifatnya sebagaimana Rasulullahe sabdakan:

] إِنَّ مِنَ النَّاسِ نَاسًا مَفَاتِيْحٌ لِلْخَيْرِ مَغَالِيْقُ لِلشَّرِّ  [ حسن-رواه ابن ماجه عن أنس مرفوعا (237) وابن أبي عاصم في كتاب السة 1/127 وانظر السلسلة الصحيحة (1332)

“ Sesungguhnya diantara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci-kunci kebaikan dan penutup segala keburukan “ 

            Mencari Ulama, orang-orang shaleh dan para da’i yang beriman serta selalu berada disekelilingnya adalah sangat besar peranannya dalam mendatangkan  keteguhan. Dalam sejarah Islam banyak terjadi fitnah tetapi Allah ta’ala memberikan keteguhan lewat beberapa orang.

            Diantaranya apa yang dikatakan oleh Ali bin Al Madini :

] أَعَزَّ اللهُ الدِّيْنَ بِالصِّدِّيْقِ يَوْمَ الرِّدَّةِ وَبِأَحْمَدَ يَوْمَ الْمِحْنَةِ [

“ Allah telah memuliakan agama ini dengan (Abu Bakar) As-Shiddiq  pada peristiwa riddah (murtadnya sebagian  rakyatnya sepeninggal Rasul ) dan dengan Imam Ahmad pada saat terjadinya ujian (fitnah yang ditimbulkan oleh kaum Mu’tazilah yang mengatakan bahwa Al Quran adalah makhluk)” 2

            Perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Ibnul  Qoyyim v tentang peranan gurunya  yaitu Syaikhul Islam dalam mendatangkan keteguhan: “Jika kami sedang diliputi kekhawatiran, sementara pandangan sudah kacau dan bumi tempat berpijak terasa sempit, maka tidak ada yang kami lakukan kecuali  mendatangi guru kami dan mendengarkan nasihat-nasihatnya, maka setelah itu hilanglah semua kegalauan tadi dan berubah menjadi  ketenangan jiwa, kekuatan dan keyakinan. Maha suci Allah yang telah memperlihatkan syurganya sebelum berjumpa dengan-Nya dan membukakan baginya pintu-pintaunya di alam tempat beramal ini, serta memberikan kepada mereka keharuman dan semangatnya yang membuat mereka mengerahkan segala kekuatannya untuk meraih (syurga)-Nya dan berlomba-lomba untuk mendapatkannya”3

            Disini tampak sekali pentingnya Ukhuwwah Islamiyah sebagai salah satu sumber yang dapat mendatangkan keteguhan, saudara-saudara yang shaleh serta para pendidik yang menjadi panutan, mereka adalah orang-orang yang dapat memberikan pertolongan dalam menempuh perjalanan serta tiang yang kokoh tempat berlindung  sehingga mereka dapat mendatangkan keteguhan berkat karunia  Allah dan kebijaksanaan yang mereka miliki.

            Maka dari itu selalulah dekati mereka dan bergaullah bersama mereka  dan jagalah selalu persatuan sehingga dapat melindungimu dari godaan syetan, sesungguhnya serigala itu hanya akan memangsa domba yang menyendiri.

Kesebelas: Percaya akan datangnya pertolongan Allah dan bahwa masa depan untuk Islam.

            Saat pertolongan terlambat datang keteguhan semakin kita butuhkan agar kaki yang sudah kokoh tidak trgelincir lagi.

            Allah ta’ala berfirman:

] وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللهُ يُحِبُّ الصَّابِرِيْنَ l وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَاوَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ l فَآتاَهُمُ اللهُ ثَوَابَ الدُّنْياَ وَحُسْنَ ثَوَابَ الآخِرَةِ [ سورة آل عمران : 146-148

“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar  l Tidak ada do’a mereka selain ucapan: “ Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir l Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan “ (Ali Imron : 146-148)

            Saat Rasulullah e hendak memberikan keteguhan kepada para sahabatnya yang sedang  menghadapi masa-masa penderitaan dan penyiksaan dengan memberikan berita gembira kepada mereka bahwa masa depan untuk Islam , apa yang dia ucapkan?

            Diriwayatkan oleh Bukhori dari Khobbab secara marfu’, Rasulullah e Bersabda:

] وَلَيُتِمَنَّ اللهُ هَذَا الأَمْرَ حَتَّى يَسِيْرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ مَا يَخَافُ إِلاَّ اللهَ وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ [ رواه البخاري

“ Dan akan Allah sempurnakan perkara ini sehingga  tidak ada yang ditakuti lagi bagi seorang pengendara yang menempuh perjalanan dari San’a ke Hadramaut kecuali Allah dan serigala yang akan memangsa dombanya “ 1

            Maka menyampaikan hadits-hadits yang membawa kabar gembira tentang kejayaan masa depan Islam sangat besar pengaruhnaya terutama bagi para pemula dalam rangka mendidik mereka untuk memiliki sikap teguh.

Kedua belas : Mengetahui hakikat kebatilan dan tidak tertipu olehnya

            Allah ta’ala berfirman:

] لاَيَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا فِي الْبِلاَدِ  [سورة آل عمران : 196

“Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negri” (Ali Imran : 196)

            Sedangkan firman Allah ta’ala :

] فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءَ [ سورة الرعد : 17

“ Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya” (Ar ra’d : 17)

mengajarkan orang yang berakal untuk tidak takut dan menyerah kepada  kebatilan.

            C Termasuk metode Al-Quran  adalah membuka kedok kebatilan dan membentangkan tujuan serta sarana sarana yang mereka gunakan:

] وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلِتَسْتَبِيْنَ سَبِيْلَ الْمُجْرِمِيْنَ [ سورة الأنعام : 55

“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat  Al Qur’an (supaya jelas jalan orang-orang yang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa “ (Al An’am : 55)

Agar setiap muslim tidak tertipu dan agar mereka tahu dari mana datangnya Islam.

            C Betapa sering kami mendengar dan menyaksikan gerakan yang padam dan para da’i yang tergelincir kakinya hingga   hilang keteguhannya saat datang kepada mereka kebatilan dari jalan yang mereka tidak duga karena kebodohan mereka terhadap musuh-musuh mereka sendiri.

Ketiga belas :  Menghidupkan akhlak yang dapat menimbulkan keteguhan.

            Diantara akhlak yang paling utama dalam   masalah ini adalah kesabaran. Dalam Ash Shahihain diriwayatkan Rasulullah e bersabda:

] مَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ [ رواه البخاري في كتاب الزكاة – باب الاستعفاف عن المسألة . ومسلم في كتاب الزكاة – باب فضل التعفف والصبر

“ Tidak ada karunia yang paling baik dan luas yang diberikan kepada seseorang selain kesabaran “1

            Dan kesabaran yang paling utama adalah saat pertama kali menerima cobaan. Jika seseorang mengalami apa yang tidak dia harapkan sementara dirinya tidak memiliki kesabaran maka sangat mungkin sekali dia akan mengalami kegoncangan dan kemudian hilang keteguhannya.

            C Perhatikanlah apa yang  dikatakan oleh Ibnu Al Jauzi rahimahullah:

            “Saya pernah melihat seorang tua yang umurnya mendekati delapan puluh tahunan dan selalu menjaga shalat berjamaah, suatu saat anak laki-laki dari anak perempuannya (cucu laki-laki) meninggal dunia, maka dia berkata: “ Tidak perlu  seorangpun  ada yang mendoakannya, karena tidak mungkin dikabulkan”, kemudian dia berkata: “Sungguh Allah telah berbuat aniaya sehingga tidak meninggalkan untuk kami seorangpun dari  anak laki-laki “[11] Maha Suci Allah dari ucapannya yang sombong itu.

            CSaat kaum muslimin ditimpa musibah pada perang Uhud padahal hal tersebut tidak mereka duga sama sekali karena Allah menjanjikan kemenangan bagi mereka, maka Allah mengajarkan kepada mereka pelajaran  berharga tentang darah para syuhada:

] أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيْبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ [ آل عمران : 165

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud) padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat pada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata: “ Dari mana datangnya  (kekalahan) ini ?” . Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri“ (Ali Imron : 165)

            Apa yang terjadi pada diri mereka ?

]حَتىَّ إذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأَمْرِ. وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيْدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الأَخِرَةَ [ سورة آل عمران : 152

“Kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu (yaitu perintah Rasulullah agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditunjukkan oleh beliau dalam keadaan bagaimanpun) dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai (kemenangan dan harta rampasan) “ (Ali Imran : 152)

Keempat belas: Wasiat orang yang shaleh

            Tatkala seorang muslim menghadapi  fitnah dan  mendapatkan  cobaan dari Rabb-nya  yang sedang  mengujinya, maka termasuk yang dapat mendatangkan  keteguhan adalah orang shaleh yang memberikan nasihat dan mendatangkan keteguhan. Allah jadikan  ucapan-ucapannya bermanfaat menguatkan setiap  langkah, mendatangkan   ingatan kepada Allah, perjumpaan dengan-Nya, syurga-Nya dan  neraka-Nya.

            Berikut ini kisah Imam Ahmad yang menghadapi fitnah dan kemudian lulus bagaikan emas murni.

            Dalam keadaan terbelenggu rantai, Imam Ahmad dibawa menghadap Al  Ma'mun sementara hukuman berat telah mengancam dirinya sebelum dia sampai ke tempatnya, sehingga  pembantunya berkata: "Aku sungguh khawatir ya Abu Abdillah (Imam Ahmad), sebab Al Ma'mun telah menghunuskan pedangnya yang selama ini belum pernah dia lakukan, dan atas kekerabatannya dengan  Rasulullah e dia  telah  bersumpah, jika engkau tidak menuruti kehendaknya untuk menyatakan  bahwa Al Quran adalah makhluk niscaya  dia akan   membunuhmu dengan pedang  tersebut "[12]

            Pada saat tersebut ada orang-orang yang memiliki bashiroh (pandangan), mengambil  kesempatan untuk  memnberikan dorongan kepada imam   mereka agar tetap  teguh. Dalam Siyar 'A'lam An Nubala karangan Imam Azh Zhahabi (11/238) berkata Abu Ja'far Al Anbari : "Aku diberitahu saat Imam Ahmad dibawa menghadap Al Ma'mun, maka aku segera menyeberangi sungai Eufrat, setelah tiba aku dapati Imam Ahmad ditempatnya, maka aku memberi   salam  kepadanya, lalu dia    berkata: "Wahai Abu  Ja'far, engkau  telah menyusahkan  dirimu", aku menjawaab: "Wahai Imam, engkau   sekarang ini adalah pemimpin  ummat dan  semua orang mengikutimu, demi Allah jika engkau mengakui akan makhluknya Al Quran niscaya semua orang akan mengatakan hal yang serupa, dan jika engkau tidak mengakuinya maka orang banyakpun   tidak mengakuinya. Sementara  itu jika engkau   tidak mati karena dibunuh mereka toh engkau tetap akan mati, bertakwalah kepada Allah dan jangan turuti kemauan mereka“.

            Maka Imam Ahmad menangis seraya berkata: “Masya Allah” kemudian berkata : “Wahai Abu Jafar, ulangilah ..”, maka aku mengulanginya dan dia berkata : “Masya Allah”.

            Dalam riwayat lain Imam Ahmad berkata saat menempuh perjalanan untuk menghadap Al-Ma’mun: “Kami sampai di Rahbah, dan setelah itu berangkat saat tengah malam, maka seseorang menghadang kami dan berkata : “Siapakah diantara kalian yang bernama Ahmad bin Hanbal”, maka ada yang menunjuknya “itu dia”, kemudian berkata kepada penuntun unta: ”Perlahanlah lalu berkata lagi: “Wahai Imam, bukan masalah jika engkau terbunuh, karena engkau akan masuk syurga, Aku titipkan engkau kepada Allah“ kemudian dia berlalu.

            Aku bertanya tentang jati dirinya, ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang bangsa Arab dari suku Rabi’ah, bekerja memintal wol di perkampungan badui, namanya: Jabir bin Amir, dikenal sebagai orang baik” [13] 

            Dalam Al-Bidayah Wan-Nihayah, diriwayatkan bahwa seorang badui berkata kepada Imam Ahmad : “Wahai Imam, engkau adalah utusan ummat, janganlah enkau mengecewakan mereka, engkau juga pemimpin mereka, janganlah engkau memenuhi seruan mereka (orang-orang yang mengatakan Al Quran adalah makhluk), sehingga mereka akan mengikutimu maka engkau akan menanggung dosa-dosa mereka pada hari  kiamat, jika engkau mencintai Allah, bersabarlah atas apa yang engkau derita kini, karena tidak ada penghalang antara engkau dan syurga selain terbunuhnya engkau”

Imam Ahmad berkata: “Ucapannya semakin menguatkan tekadku atas sikap yang aku ambil, yaitu menolak apa yang mereka serukan kepadaku“[14]

            Dalam sebuah riwayat Imam Ahmad berkata: “Tidak pernah aku mendengar ucapan yang lebih dalam -sejak aku melalui masalah ini- dari ucapan badui tersebut kepadaku di Rahbah Thauq[15] yang berkata: “Jika engkau mati, engkau akan mati syahid, dan jika engkau hidup, maka engkau akan hidup dengan mulia.maka hatiku menjadi kuat “[16]

            Imam Ahmad berkisah tentang rekannya yang masih muda (Muhammad bin Nuh) yang tetap tabah bersamanya menghadapi cobaan :

            “ Tidak pernah aku melihat seseorang dengan usianya yang masih muda dan keterbatasan ilmunya yang lebih lurus daripada Muhammad bin Nuh, aku berharap dia mendapatkan Husnul Khotimah”, dia berkata kepadaku suatu saat  “Wahai Abu Abdillah, camkanlah, sesungguhnya engkau bukanlah sepertiku; engkau adalah orang yang menjadi panutan, orang sedang menjulurkan lehernya kepadamu menanti apa yang akan engkau ucapkan, bertakwalah kepada Allah, dan teguhlah dijalan Allah“

            Maka tatkala dia meninggal aku menyolatinya dan menguburkannya [17]

            Bahkan penghuni penjara yang ikut shalat bersama Imam Ahmad dalam keadaan  terbelenggu juga ikut andil memberikan semangat kepadanya agar tetap teguh .

            Suatu saat Imam Ahmad berkata dalam penjara: “Aku tidak perduli dengan penjara , bagiku penjara dan rumah sama saja, begitu juga dengan pedang yang  akan membunuhku, akan tetapi yang aku takutkan adalah cambukan “

            Ucapannya tersebut didengar oleh sebagian penghuni penjara, maka ada berkata: “ Tidak usah khawatir wahai Abu Abdillah, paling hanya dua kali cambukan, selebihnya engkau tidak akan tahu dibagian mana engkau akan dipukul “, seakan-akan dia ingin menghiburnya.[18]

            Oleh karena  itu wahai saudara yang budiman berusahalah untuk selalu mendapatkan wasiat dari orang-orang yang shaleh, dan camkanlah jika anda mendapatkannya.

            ► Mintalah nasihatnya sebelum melakukan safar (perjalanan jauh) jika anda khawatir terhadap apa yang menimpa anda.

  Mintalah nasihatnya saat menghadapi ujian, atau sebelum mendapatkan cobaan yang diperkirakan akan menimpanya.

►Mintalah nasihatnya jika mendapatkan sebuah kedudukan atau mendapatkan harta warisan yang banyak. Dan teguhkanlah dirimu serta orang selainmu, dan Allah adalah pelindung orang-orang mu’min.

Kelima belas : Mengingat nikmat syurga dan azab neraka serta mengingat mati.

            Syurga adalah tempat kegembiraan dan pelipur lara serta terminal dari perjalanan seorang mu’min, dan jiwa secara fitrah tidak akan bersedia untuk berkorban, beramal dan teguh pendirian kecuali jika dia mengetahui akan adanya balasan yang akan  meringankan segala kesulitan serta memudahkan jalan yang penuh dengan kesulitan dan rintangan.

            Siapa yang mengetahui akan adanya imbalan ini tentu akan merasakannya ringannya tugas yang berat, sebab dia mengetahui jika dirinya tidak teguh  maka dia akan kehilangan syurga yang luasnya sebesar langit dan bumi, sementara itu disisi lain jiwa manusia membutuhkan sesuatu yang dapat mengangkatnya dari unsur  bumi ke alam yang tinggi.

            Dan Rasulullah n menjadikan mengingat syurga sebagai sarana untuk memperkokoh keteguhan para sahabatnya, dalam hadits hasan shahih, Rasulullah e menemui Yasir, Ammar dan Ummu Ammar yang sedang disiksa di jalan Allah Swt, maka beliau Bersabda kepada mereka:

] صَبْرًا آلُ يَاسِرَ صَبْرًا آلُ يَاسِرَ فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ [ رواه الحاكم 3/383، وهو حديث حسن صحيح، أنظر تخريجه في فقه  السيرة تحقيق الألباني ص 103

“ Sabarlah wahai keluarga Yasir, sabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya janji untuk kalian adalah syurga “[19]

            Demikian juga halnya Rasulullah e mengucapkan kepada orang-orang Anshor:

] إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ[ متفق عليه

“ Sesungguhnya kalian setelahku akan menemukan sifat-sifat egoisme, maka bersabarlah kalian sampai kalian menemukanku di Haudh (telaga/hari kiamat)” [20]

            Begitu juga dengan mempelajari dua kelompok (yang bahagia  dan celaka) dialam kubur, dalam Mahsyar, Hisab, Mizan, Shiroth, dan semua tempat di akhirat.

            Demikian juga halnya dengan mengingat mati, akan melindungi seorang muslim dari kejatuhan, dan menahannya manakala berhadapan dengan larangan-larangan Allah sehingga dia tidak melampauinya. Karena jika seseorang mengetahui bahwa kematian lebih dekat kepadanya dari tali sendalnya, dan waktunya mungkin tinggal beberapa saat saja, dia tidak akan membiarkan dirinya tergelincir atau melakukan perbuatan yang menyimpang. Oleh karena itu Rasulullah e bersabda :

] أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ اللَّذَّاتِ [ رواه الترمذي 2/50 وصححه في إرواء الغليل 3/145

“ Perbanyaklah kalian mengingat sesuatu yang akan menghancurkan segala kelezatan  (kematian)”[21]

 

MEDAN KETEGUHAN

Medan keteguhan sangat banyak sekali, cukup akan kami terangkan disini secara globalnya saja :

 1.  Teguh saat menghadapi ujian:

            Goyahnya pendirian yang sering menimpa hati. Diantara sebabnya adalah karena mendapatkan ujian, hati yang menghadapi cobaan kesenangan atau kesulitan akan mudah goyah kecuali orang-orang yang memiliki bashirah yang telah menyiram hatinya dengan keimanan.

            Diantara ujian-ujian tersebut adalah:

            Fitnah Harta:

] وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الصَّالِحِيْنَ l فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوْا بِهِ وَ تَوَلَّوْا وَ هُمْ مُعْرِضُوْنَ [ سورة  التوبة  :75-76

“ Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh l Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran) “ (At-Taubah : 75-76)

            Fitnah Kedudukan.           

] و‍َاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِاْلغَدَاةِ وَ الْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيْدُ زِيْنَةَ   الْحَيَاةِ  الدُّنْيَا. وَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَ كَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا [ سورة الكهف : 28

“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaann-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia in, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”  (Al-Kahfi : 28)

            Dan tentang kedua fitnah yang telah disebutkan di muka, Rasulullah e Bersabda:

 ]مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ [ رواه الإمام أحمد في المسند 3/460 وهو في صحيح الجامع 5496

“ Dua srigala kelaparan yang dilepas ditengah domba tidak lebih membahayakan dari orang yang mengejar-ngejar harta dan kemuliaan atas agamanya“[22]

Maksudnya adalah bahwa orang yang rakus mengejar harta dan kedudukan lebih besar bahayanya terhadap agamanya ketimbang (bahaya) dua ekor serigala kelaparan yang dilepas di hadapan domba.

            ◘ Fitnah Istri:

] إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ  [ سورة التغابن : 14

“ Sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka “ (At-Taghabun ; 14).

Fitnah Anak :

Rasulullah e bersabda :

 ] الْوَلَدُ مَجْبَنَةٌ مَبْخَلَةٌ مَحْزَنَةٌ [ رواه أبو يعلى 2/305 وله شواهد، وهو في صحيح الجامع 7037

“Anak merupakan (sebab yang mendatangkan) ketakutan, kebakhilan dan kesedihan”[23]

            Fitnah Intimadasi, Tekanan dan Kezholiman.

             Contoh yang paling bagus untuk hal ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam Firman Allah Ta’ala:

] قُتِلَ أَصْحَابُ الأُخْدُوْدِ النَّارِ ذَاتِ الْوَقُوْدِ    إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُوْدٌ وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُوْنَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ شُهُوْدٌ     وَمَا نَقَمُوْا مِنْهُمْ إِلاَّ أ‍َنْ يُؤْمِنُوا بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِ   الَّـذِيْ لَهُ  مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْد [ سورة البروج ؛ الآية : 4-9

“Binasalah dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit   yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar  ketika mereka duduk di sekitarnya    Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman    Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orann mu’min itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji  Yang mempunyai  kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”  (Al-Buruj : 4-9)

            Imam Bukhori meriwayatkan dari Khabbab ra, dia berkata : “Kami mengadu kepada Rasulullah e saat dia sedang bersandar dengan burdahnya disisi Ka’bah, maka Rasulullah e bersabda : “Orang-orang sebelum kalian ada yang dibawa dan dibuatkan galian untuknya kemudian dikuburkan didalamnya, ada juga yang dibawakan gergaji kemudian diletakkan diatas kepalanya hingga  dirinya terbelah dua, ada juga yang disisir dengan sisir besi hingga daging dan tulangnya, semua itu tidak menghalangi mereka dari agama mereka “[24]

            Fitnah Dajjal.

            Ini merupakan fitnah terbesar dalam kehidupan:

] يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهَا لَمْ تَكُنْ فِتْنَةٌ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ مُنْذُ ذَرَأَ اللهُ آدَمَ أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجاَّلِ ……يَا عِبَادِ اللهِ، أَيُّهَا النّاسُ : فَاثْبُتُوا فَإِنّيِ سَأَصِفُهُ لَمْ يَصِفْهُا إِيَّاهُ قَبْلِي نَبِيٌّ   [ رواه ابن ماجة 3/1359 انظر صحيح الجامع 7752

“ Wahai manusia, tidak ada fitnah yang lebih besar diatas muka bumi ini sejak diciptakannya Adam selain dari fitnah Dajjal……Wahai hamba Allah, wahai manusia : Teguhkanlah diri kalian, sungguh aku akan menyebutkan ciri-cirinya dan belum ada seorang Nabipun yang menyebutkan ciri-cirinya “ [25]

            Berkaitan dengan fase keteguhan hati dan penyimpangannya dihadapan fitnah ini, Rasulullahe bersabda :

] تَعَرَّضَ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوْبِ كَالْحَصِيْرِ عُوْداً عُوْداً  فَأَيُّ قَلْبٍ أ‍شْرَبَهَا نُكِتَ فِيْهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءَ وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيْهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءَ حَتَّى تَصِيْرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلَ الصَّفَا فَلاَ تّضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَادَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَداً كَالكُوْزِ مُجْخِيًّا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوْفاً وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَراً إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ[ رواه ابن ماجة 2/1359، انظر صحيح الجامع 7752

“Fitnah itu mempengaruhi hati sebagaimana tikar (memberikan bekas kepada orang yang tidur) selembar demi selembar, hati yang menerima (fitnah) akan diberikan titik hitam, sedangkan hati yang menolaknya akan diberi titik putih, hingga terdapat dua hati, yang satu putih bersih tidak akan terpengaruh fitnah selamanya, sedangkan yang lainnya hitam pekat, bagaikan wajan yang terbalik, tidak mengetahui yang ma’ruf dan mecegah yang munkar kecuali apa yang diperturutkan hawa nafsunya “ [26]

2. Teguh Dalam Medan Jihad :

] يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِذَا لَقِيْتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا  [سورة الأنفال : 45

“ Wahai orang yang beriman, jika memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu  (Al-Anfal : 45)

            Termasuk dosa besar dalam agama kita adalah lari dari medan pertempuran. Adalah Rasullah e saat memikul tanah di punggungnya ketika menggali parit (pada peristiwa perang Khandak) berulang-berulang bersama kaum mu’minin mengucapkan : “Dan teguhkanlah kaki kami jika kami bertemu (dengan musuh)”[27]

 3.  Teguh Terhadap Prinsip Hidup

]مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيْلاً [ سورة الأحزاب :23

“Diantara orang-orang mu’min  itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merobah janjinya”  (Al-Ahzab-23)

     Prinsip hidup mereka lebih mahal dari nyawa mereka, keteguhan yang pantang menyerah

4. Teguh Saat Menghadapi Kematian.

            Orang-orang kafir dan ahli maksiat tidak akan mendapatkan keteguhan pada saat yang paling kritis, sehingga mereka tidak dapat mengucapkan kalimat syahadat saat kematiannya, hal tersebut pertanda Suu’ul khotimah (akhir kehidupan yang buruk), sebagaimana ada kisah bahwa seseorang yang sedang menghadapi sakratul maut dikatakan kepadanya : Bacalah Laa ilaaha illallah, akan tetapi kepalanya digelengkan kekiri dan kekanan sebagai tanda penolakan darinya.

            Ada juga yang lain saat sakratul maut berucap: ”Ini potongannya bagus, yang ini harganya murah“, ada juga yang menyebut-nyebut bidak-bidak catur, atau ada juga  yang melantunkan bait-bait lagu atau menyebut-nyebut kekasihnya.

            Hal tersebut  terjadi karena semua itulah yang menyita perhatiannya semasa hidupnya. Bahkan dikisahkan bahwa diantara mereka ada yang bermuka hitam dan berbau busuk dan membelakangi kiblat saat ruh mereka keluar. La haula wala quwwata illah billah.

            Adapun orang baik dan pengikut sunnah, maka Allah akan memberikan keteguhan pada mereka saat-saat kematiannya sehingga mereka dapat mengucapkan syahadatain. Dan wajah mereka tampak berseri-seri serta berbau harum dan menampakkan kegembiraan saat  ruhnya keluar.

            Terdapat sebuah contoh bagi orang yang Allah berikan keteguhan saat menghadapi kematiannya. Dia adalah Abu Zur’ah Arrozi, salah seorang pemimpin dari ulama hadits. Berikut uraian ceritanya:

            Berkata Abu Ja’far Muhammad bin Ali, pencatat Abu Zur’ah : “Kami mendatangi Abu Zur’ah di Ma’ Syahran (sebuah nama tempat) saat dia menghadapi sakratul maut, sementara disisinya terdapat Abu Hatim, Ibnu Warih dan Munzir bin Syazan serta yang lainnya. Lalu mereka menyebut-nyebut hadits tentang talqin :

] لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ [

“ Talqinlah (tuntunlan) orang yang sedang menghadapi kematiannya dengan bacaan Laa ilaaha illallah “

Akan tetapi mereka agak sungkan untuk mentalqinkan Abu Zur’ah. Akhirnya mereka sepakat untuk meriwayatkan hadits tersebut. Maka berkatalah Ibnu Warih: “ telah meriwayatkan kepada kami Abu ‘Ashim, dari Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih…. dan tatkala menyebut Ibnu Abi….., dia tidak dapat meneruskannya-, maka berkatalah Abu Hatim: “telah meriwayatkan kepada kami Bundaar dari Abu ‘Ashim dari Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih, kemudian dia tidak dapat meneruskannya juga, sementara yang lainnya terdiam saja, maka berkatalah Abu Zur’ah yang sedang dalam sakaratul maut seraya membuka matanya, : Telah meriwayatkan kepada kami Bundaar, dari Abu ‘Ashim, dari Abdul Hamid, dari Shalih Ibnu Abi Uraib dari Katsir bin Murroh dari Mu’az bin Jabal dia berkata : Rasulullah  e bersabda : “Siapa yang akhir perkataannya La ilaaha illallah, maka dia akan masuk syurga”  setelah itu ruhnya keluar dari dirinya. Semoga Allah merahmatinya.

            Terhadap orang seperti merekalah Allah ta’ala berfirman :

] إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوْا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتيِ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ [ سورة فصلت الآية :  30

“ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah“ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka  (dengan mengatakan) : “Jangannlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan  bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu“ (Fushshilat : 30)

            Ya Allah jadikan kami termasuk diantara mereka, kami mohon kepada-Mu keteguhan dalam setiap urusan dan tekad  untuk mendapatkan  petunjuk.



([1] ) Riwayat Ahmad dan Hakim dan termasuk dalam (kitab)  Silsilah hadits shahih 1772.

([2]) Riwayat Ahmad  4/408, juga terdapat dalam Shahih Jami’ 2361

([3])Lihat Shohih Muslim Syarah An Nawawi 12/156

[4] . Untuk lebih jelasnya lihat surat Al Fath ayat 15 (pent.)

[5] . Tafsir Ibnu Katsir 4/421

[6] . Sunan At Turmuzi 2/273, dia berkata: “Hadits ini hasan  shahih. Terdapat juga dalam Shahih An Nasa’i 1/388 dan Shahih At Turmuzi 1/131.

[7] . Riwayat Bukhori, lihat Fathul Bari 11/340

[8]  Fathul Bari 8/229

1. Riwayat Imam Ahmad dan Muslim dari Ibnu Umar secara marfu’, lihat Shohih Muslim Syarah An-Nawawi, juz 16, hal 204

2. Riwayat At Turmuzi dari Anas secara marfu’, lihat Tuhfatul Ahwazie, juz 6, hal 349, juga terdapat dalam     Shohih Al Jami’, (4864)

[9]  Kalimat yang bergaris miring dikutip dari ucapa Ibnul Qayim Rahimahullah dalam kitabnya Addaa’ Waddawa’

[10] . Riwayat Bukhori, Fathul Bari 1/32

1. Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas secara marfu (237) dan dari Ibnu Abi Ashim dalam Kitab As Sunnah, juz 1, hal 127, lihat As Silsilah As Shohihah  (1332)

2. Siyar A’lam An Nubala, juz 11, hal 196

 

3. Al Wabil Ash Shoyyib, cetakan Basyir Uyun, hal 97

 

1. Riwayat Bukhori, lihat Fathul Bari, juz 7, hal 165

1. Diriwayatkan oleh Bukhori dalam kitab zakat, bab Isti’faf anil  mas’alah (menjaga diri dari meminta-minta), dan diriwayatkan  oleh Muslim dalam bab zakat, bab Fadl Ta’affuf wa Sabr (keutamaan iffah dan kesabaran)

[11] . Ats-Tsabat Indal Mamat karangan Ibnu Jauzi, cet. Darul Kutub Ilmiah, hal. 34

[12]. Al Bidayah Wan Nihayah 1/332

[13]. Siyar Alam An-Nubala, 11/241

[14]. Ab-Bidaya Wan-Nihayah 1/332

[15]. Nama sebuah negri antar Riqqah dan Baghdad di tepian sungai Eufrat, As-Siyar 11/241.

[16]. Siyar Alam An-Nubala 11/241

[17]. Siyar A’lam An-Nubala 11/242

[18]. Siyar A’lam An-Nubala 11/240

[19] . Riwayat Hakim 3/383, haditsnya Hasan Shahih, lihat takhrijnya dalam Fiqhusshirah tahqiq Albani  hal 103.

[20] . Muttafaq Alaih.

[21] . Riwayat Turmuzi, 2/50 dan di shahihkan dalam Irwa’ul Ghalil, 3/145

[22] .  Riwayat Imam Ahmad dalam Musnad 3/460, dan terdapat dalam Shahih Al-Jami’ 5496

[23] . Riwayat Abu Ya’la 2/305, dan terdapat riwayat-riwayat lain yang serupa, terdapat dalam Shahih Al-Jami’ 7037.

[24] . Riwayat Bukhori, Lihat Fathul Bari 12/215

[25] . Riwayat Ibnu Majah 2/1359, lihat Shahih Al-Jami’ 7752

[26]  Riwayat Ibnu Majah 2/1359, lihat Shahih Jami’ 7752

[27] . Riwayat Bukhori dalam Kitab “Al-Ghazawat”, Bab “Ghazwah Khandak”, lihat Fathul Bari 7/399.

0 komentar:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template