Rabu, 18 Februari 2009

BERAMAL MERAIH KEMENANGAN


Allah Swt Berfirman: 

وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ 
“….Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” [QS. al-Anfāl (8): 10]

Sesungguhnya ada 2 (dua) hakekat besar yang harus dikuasai dan difahami oleh para da`i dan para pembaharu, yaitu:
Pertama: Masa depan akan menjadi milik Islam dan kemenangan akan diberikan ke-pada orang-orang yang bertaqwa. Hal ini banyak dijelaskan oleh nash-nash yang pasti dan tegas, di antaranya adalah:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walupun orang-orang musyrik tidak menyukainya” [QS. at-Tawbah (9): 33]
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” [QS. al-Mu'min (40): 51]
وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman” [QS. ar-Rūm (30): 47]
Kedua: Sesungguhnya Allah swt akan memenangkan orang yang menolong-Nya dan orang-orang yang berpegang teguh kepada agama-Nya. Dia akan menghinakan orang-orang yang menyingkirkan agama-Nya, melanggar perintah-Nya dan meng-ikuti hawa nafsunya. Dalam hal ini, Allah swt berfirman:
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيز
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguh-nya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” [QS. al-Hajj (22): 40]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian” [QS. Muhammad (47): 7]
حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ وَلا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ
Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa” [QS. Yūsūf (12): 110]
Dalam memahami dua hakekat yang agung ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga, yaitu:
1. Tidak ada kata putus asa dan rasa kecewa dalam kamus kehidupan kaum mu`minin.
Aqidah kita adalah aqidah kemenangan, agama kita adalah agama kedaulatan. Kewajiban kita adalah memastikan dan mengetahuinya dengan yakin, agar kita hidup dengan jiwa yang dinaungi harapan positif, pandangan yang bersinar dan satu petunjuk di bawah naungan-Nya.
إِلا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” [QS. at-Tawbah (9): 40]
Di samping itu, harapan positif dan berbaik sangka kepada Allah swt adalah pilar penting bagi seseorang yang menghendaki perubahan. Urgensinya akan semakin jelas saat kita mengerti bahwa sasaran utama musuh-musuh kita adalah lemahnya kepribadian kita, tertanamnya sikap putus asa dan rendah jiwa, agar cita-cita kita memudar dan dororgan kebangkitan dalam jiwa-jiwa kita melemah, karena ummat yang berputus asa tidak akan sanggup berdaya upaya melakukan berbagai hal.
2. Sesungguhnya ta`at kepada Allah swt dan konsekwen dengan syari`at-Nya merupakan kunci kemenangan dan pintu kedaulatan.
Tidak ada jalan lain bagi ummat ini untuk meraih ketinggian, kemenangan dan kemuliaan kecuali dengan melewati jalur tersebut.
‘Umar al-Farūq ra berkata:
 أِنَّا كُنَّا أَذَلَّ قَوْمٍ، فَأَعَزَّنَا اللهُ بِالإِسْلاَمِ؛ فَمَهْمَا نَطْلُبُ اْلعِزَّةَ بِغَيْرِ مَا أَعَزَّنَا اللهُ بِهِ: أَذَلَّنَا اللهُ 
Sesungguhnya dahulu kami adalah kaum terhina, lalu Allah memuliakan kami dengan Islam. Bagaimanapun kami mencari kemuliaan dari selain apa yang Allah telah muliakan kami, niscaya Allah akan menghinakan kami” (HR. al-Hākim: 1/130 dan beliau berkata: Hadits Shahih sesuai syarat al-Bukhāriy dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya)
Atas dasar hal tersebut, Allah swt telah menjadikan kemuliaan dan kehinaan kita di tangan-tangan kita sendiri, bukan di tangan orang lain. Bukti kebenarannya adalah Firman Allah swt di dalam Kitab-Nya:
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini”. Katakanlah: ”Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” [QS. Āli Imrān (3): 165]
Amal-amal kitalah sebab musibah yang menimpa dan menerpa kita,maka itu pulalah sumber kebangkitan, syarat reformasi serta pilar perubahan yang diharapkan. Allah Ta`ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” [QS. ar-Ra'd (13): 11]
3. Sesungguhnya kemenangan akan tertunda disebabkan ketiadaan syarat-syaratnya atau keberadaan penghalang-penghalangnya.
Orang yang mampu merenungkan kondisi kita saat ini, akan mendapatkan bahwa iman telah melemah, unsur-unsur yang mencederai pokok dan kesempurnaan iman amat merebak, umat tenggelam dalam lingkaran syahwat dan syubhat Di samping gejolak kelalaian telah banyak menyebabkan kekacauan dan perpecahan, lebih jauh lagi mengarah pada kelalaian mempersiapkan diri dan meraih sebab-sebab kemenangan.
Di saat itu biasanya hanya berwujud salah satu dari dua tokoh :
Seorang tokoh yang lemah iman, hatinya terikat dunia dan kemewahan, penuh rasa takut dan pengecut, selalu siap setia –sebelum diminta– kepada musuh-musuh-nya guna mewujudkan apa yang disangkanya tujuan.Tokoh lain adalah anak cucu kaum munafiqin terdahulu yang ditarbiyah kaum musuh secara langsung yang telah menjadi agen-agennya serta sangat bermusuhan dengan umat Islam dan ajaran pokok utamanya. Ini gambaran secara umum.
Adapun jika kita masuk ke tengah-tengah para reformis serta pendorong semangat di kalangan ulama dan da`i, walaupun memiliki banyak kebaikan dan manfaat, akan tetapi kita menyaksikan beragamnya penyakit yang ada pada mereka. Salah satu di antaranya adalah menjadi penghalang kemenangan dan pencegah kedaulatan, tentu pertanyaannya bagaimana mungkin keduanya bisa menyatu ? Kita dapat melihat sebagian mereka minim dalam fiqh, lemah dalam wawasan, miskin dalam tabligh dan bayan, mencari dunia dan makan atas nama agama, perpecahan, kekacauan dan kepartaian atas dasar selain agama di banyak sekali keadaan…dan lain-lain.
4. Sekalipun kelemahan sangat dahsyat dan kekacauan amat besar, akan tetapi keburukan yang ada belum sampai pada kondisi yang dilakukan masyarakat Jahiliyyah sebelum bi`tsah nabawiyyah yang mulia.
Pada saat itu Allah Swt memandang penghuni bumi dengan pandangan murka baik mereka yang berbangsa Arab ataupun berbangsa non Arab, kecuali segelintir dari Ahlul Kitab.
Rasulullah Saw bersabda :
وَ إِنَّ اللهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ عَرَبَهُمْ وَ عَجَمَهُمْ إِلاَّ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ 
Sesungguhnya Allah memandang penghuni bumi, lalu Dia memurkai mereka, baik mereka yang berbangsa Arab maupun yang berbangsa non Arab, kecuali Ahlul Kitab yang masih tersisa” (HR. Muslim Kitāb al-Jannah Bāb ash-Shifāt allatī Yu`raf Bihā fi ad-Dunyā Ahla al-Jannah wa Ahl an-Nār No. 2865)
Hal itu dikarenakan, walaupun umat ini menderita penyakit kronis, akan tetapi tetap hidup belum mencapai kematian, masih memiliki unsur-unsur kekuatan dan bahan-bahan perubahan yang masih bisa dipetik hasilnya, walaupun semua itu tak mungkin tercapai selama para reformis tidak menempuh manhaj Nabawi dalam perubahan.
Saat seseorang merenungkan kondisi para perubah di masa kita dengan berbagai metode perubahan yang mereka kembangkan, dia akan mengetahui bahwa mereka berada pada berbagai ragam jalan yang berbeda. Sebagian mengadopsi hanya satu sisi perubahan dan menyingkirkan perubahan lainnya. Sebagian lagi terlalu tergesa-gesa menempuh jalan, lalu memilih marhalah puncak di antara marhalah-marhalah perubahan dengan mengabaikan marhalah-marhalah sebelumnya yang sebenarnya menjadi pondasi berdiri tegaknya marhalah yang dipilih tersebut. Inilah pemilihan marhalah jihad fhisik sebagai metode satu-satunya, tidak ada jalan lain selain itu, karena dialah puncak perjuangan Islam. Apa yang diriwayatkan oleh ‘Umar al-Farūq ra:
 إِنَّ اللهَ لَيَزَعُ بِالسُّلْطَانِ مَا لاَ يَزَعُ بِالْقُرْآنِ 
Sesungguhnya Allah akan mengokohkan dengan kekuasaan sesuatu yang tidak kokoh dengan al-Qur`an” (Lihat: Tarikh Baghdad: 4/70 dan disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya: 3/60 dengan lafadz tersebut secara marfu`, namun tidak syah riwayat marfu`nya)
Di pihak lain ada golongan yang terkena penyakit pengecut dan penakut, khawatir mendapatkan siksaan, terlalu asyik dengan dunia dan kesenangan. Mereka hanya melihat besarnya kebaikan yang ada dengan mengabaikan lawanannya, lalu syaithon menghiasi keburukan amalnya. Mereka berpandangan bahwa melawan keburukan yang begitu dahsyat walaupun dengan cara yang bijak dan metode yang baik merupakan ketergesa-gesaan dan kengawuran serta keluar dari metode yang tepat dan lurus. Sekalipun seluruh metode ini mewujudkan beberapa kebaikan, akan tetapi tetap tidak mengarah kepada perubahan yang sesungguhnya, karena hanya mengambil sebagian kandungan al Kitab dan meninggalkan bagian lainnya.
5. Ada dua penghalang yang saling berlawanan, di mana keduanya merupakan dua penghalang terbesar yang menghalangi keberhasilan da`wah kebaikan dan perubahan : Ketergesa-gesaan serta kelemahan dan kengawuran.
Penghalang pertama akan membawa kepada kehancuran, bagaimanapun baiknya tujuan si pelaku, karena telah kehilangan tahapan dan kebijaksanaan serta tidak memberikan ruang bagi masa depan yang panjang.
Penghalang kedua akan menghalangi seseorang dengan amal kerjanya, yang selanjutnya akan mengarah pada lemahnya jiwa.
Siapapun yang merenungkan petunjuk Nabi saw dalam perubahan, niscaya dia akan menemukan bahwa beliau saw telah mengerahkan semaksimal kemampuannya dalam melakukan reformasi dan perubahan dengan metode yang begitu kuat dan kontinyuitas yang cukup tinggi karena kekokohan dan ketangguhan beliau seperti gunung-gunung menjulang. Akan tetapi, Semua itu tetap berada pada alur tahapan, ketenangan, kebijaksanaan yang jelas, serta menggunakan seluruh sarana-sarana syar`i dan mendatangi rumah melalui pintunya masing-masing.
Beliau saw berdakwah, mengajar, membina, mendidik, mempersaudarakan, menyatukan dan mendirikan daulah Islam yang menjadi pilar jihad dan penegakan syari`at Islam di masyarakat, Itulah hidayah Rasulullah Saw.
Jika kita menghendaki umat kita beruntung, jiwa kita sukses, maka kita wajib menempuh jalan yang dilalui oleh Rasulullah saw dan berjalan di atas manhajnya, karena tidak akan baik kondisi umat ini kecuali dengan sesuatu yang telah memperbaiki kondisi umat yang pertama.
6. Di balik peristiwa yang menyakitkan ini - di samping munculnya bintang-bintang bersinar di kalangan ulama robbani, para da`i yang jujur dan para pendukung shohwah mubarokah - sesungguhnya kewajiban yang ada pada masa sekarang adalah menjelaskan dan menda`wahkan yang hak, mengajarkan agama dan mendidik para penganutnya, hingga generasi terpelihara dan cita-cita terjaga.
Untuk menjalankan perealisasian dan perwujudannya, maka wajib kita beramal dengan melewati berbagai kesulitan dan menanggung berbagai halangan, sebesar apapun kesulitan dan halangan tersebut.

Dikutip dari Majalah As-Silmi edisi 2 Tahun 2005

0 komentar:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template