Allah swt berfirman:
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ* إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الأذَلِّينَ * كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ * لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Syetan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syetan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi. Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah.Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung” [QS. Al- Mujaadilah (58): 19-22]
Risalah Islam tidak hanya membawa, bahkan mengajarkan dan memperjuangkan: kebenaran, keadilan dan kejujuran. Islam tidak pernah mengajarkan, bahkan meno-lak dan memerangi: kebatilan, kedzaliman dan kedustaan. Dalam menegakkan misi suci ini, Islam sebagai al-haqq (kebenaran) pasti mendapat tantangan dan rintangan dari kekuatan lain yang memusuhinya, yaitu kekuatan al-bāthil yang dipelopori oleh syetan dan pasukannya, untuk menyelewengkan manusia dari jalan al-haqq, jalan al-nājah (keselamatan), yaitu al-shirāth al-mustaqīm.
Menurut Dr. Muhammad bin Sa`īd al-Qahthani, persaingan dua kubu ini sudah dimulai semenjak diciptakannya Ādam as hingga berakhirnya kehidupan dunia ini. Dalam al-Walā wa al-Barā fī al-Islām: 112, dijelaskan:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kalian kepada Adam”; maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman:”Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu”. Menjawab iblis:”Saya lebih baik dari padanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Allah berfirman:”Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. Iblis menjawab:”Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. (Allah berfirman: ”Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”. Iblis menjawab:”Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at). Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari syurga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kalian” [QS. al-A’rāf (7): 11-18]
Di dalam ayat-ayat ini, dijelaskan beberapa unsur penting terjadinya permusuhan antara Adam as dan Iblis:
1. Sebab terjadinya permusuhan, karena Iblis beranggapan bahwa Allah swt menyesatkan dan menghancurkan dirinya disebabkan oleh Adam as.
Dalam hal ini syetan berkata (QS. 7: 16):
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي
Ibnu `Abbas ra mengatakan bahwa makna ayat di atas adalah:
كَمَا أَضْلَلْتَنِي
“Sebagaimana Engkau menyesatkanku”
Sedangkan menurut ulama lain, maknanya adalah:
كَمَا أَهْلَكْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لِعِبَادِكَ الَّذِي تَخْلُقُهُمْ مِنْ ذُرِّيَّةِ هَذَا الَّذِي أَبْعَدْتَنِي بِسَبَبِهِ عَلَى صِرَاطِكَ اْلمُسْتَقِيْمِ
“Sebagaimana Engkau telah membinasakan aku, niscaya aku akan duduk menghalangi hamba-hamba-Mu dari jalan-Mu yang lurus, yaitu hamba yang Engkau ciptakan di antara keturunan manusia yang menjadi sebab Engkau jauhkan aku”
2. Target akhir yang hendak dicapai dalam permusuhan, yaitu menghalangi manusia dari al-shirāth al-mustaqīm, agar manusia tidak lagi beribadah kepada Allah swt dan tidak bertauhid.
Dalam hal ini syetan berkata:
لأَقْعُدَنّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
Ketika menjelaskan ayat ini, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ: طَرِيْقَ الْحَقِّ وَ سَبِيْلَ النَّجَاةِ. وَ َلأَضَلَّنَّهُمْ عَنْهَا لِئَلاَّ يَعْبُدُوْكَ وَ لاَ يُوَحِّدُوْكَ بِسَبَبِ إِضْلاَلِكَ إِيَّايَ
“(Jalan-Mu yang lurus) adalah jalan kebenaran dan langkah keselamatan. Sesung-guhnya aku akan menyesatkan mereka dari jalan tersebut agar mereka tidak beribadah dan tidak mentauhidkan-Mu dikarenakan Engkau menyesatkanku karenanya”
3. Upaya-upaya yang dilakukan syetan dalam proses permusuhan tersebut, yaitu dengan menghadang manusia dari empat arah:
· Dari arah depan
· Dari arah belakang
· Dari arah kanan
· Dari arah kiri.
Dalam hal ini, syetan memberikan ancamannya dalam (QS. 7: 17):
ثُمَّ لاَتِيَنَّهُم مِّنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ
Dalam mentafsirkan strategi syetan ini, Ibnu `Abbas ra –yang berasal dari riwayat Ali bin Abi Thalhah– menegaskan:
a. Dari depan adalah “Aku berikan keraguan kepada mereka tentang hari akhirat”.
b. Dari belakang adalah “Aku gemarkan mereka dengan urusan dunia mereka”.
c. Dari kanan adalah “Aku samarkan kepada mereka urusan agama mereka”.
d. Dari kiri adalah “Aku gemarkan mereka dengan berbagai maksiat”.
Sedangkan menurut Sa`id bin Abi `Arubah bahwa Qatadah menjelaskan hal ini sebagai berikut:
أَتَاهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ: فَأُخْبِرُهُمْ أَنََّهُ لاَ بَعْثٌ وَ لاَ جَنّةٌ وَ لاَ نَارٌ، وَ مِنْ خَلْفِهِمْ: مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا فَزَيَّنَهَا لَهُمْ وَ دَعَاهُمْ إِلَيْهَا، وَ عَنْ أَيْمَانِهِمْ: مِنْ قِبَلِ حَسَنَاتِهِمْ بَطَأَهُمْ عَنْهَا، وَ عَنْ شَمَائِلِهِمْ: زَيَّنَ لَهُمُ السَيِّئَاتِ وَ الْمَعَاصِي وَ دَعَاهُمْ إِلَيْهَا وَ أَمَرَهُمْ بِهَا
“Aku datang dari hadapan mereka yaitu: mereka diinformasikan bahwa tidak ada hari kebangkitan, tidak ada syurga dan tidak ada neraka. Dari belakang mereka yaitu: tentang urusan dunia, dengan memperindahnya dan menyerukannya kepada mereka. Dari kanan mereka yaitu: Dari arah kebaikan mereka dengan menghalanginya. Dan dari kiri mereka yaitu: memperindah keburukan dan kemak-siatan kepada mereka, menyerukannya dan memerintahkannya kepada mereka”
Menurut Ibnu al-Qayyim Rahimahullah:
“Setiap keburukan yang ada di dalam dunia ini disebabkan oleh syetan. Dan kita tidak mungkin dapat menghitung jenis-jenis keburukan yang disebarkan olehnya, apalagi rincian jenisnya. Akan tetapi, jenis-jenis keburukan yang disebarkannya itu dapat digolongkan dalam 6 bentuk, yaitu:
1. Kesyirikan, kekufuran serta permusuhan kepada Allah dan Rasul-Nya.
2. Membuat bid`ah (hal-hal baru dalam agama).
3. Dosa-dosa besar.
4. Dosa-dosa kecil.
5. Sibuk dengan hal-hal mubah, dan
6. Sibuk dengan hal-hal yang kurang penting dengan meninggalkan hal yang lebih penting”
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa apabila syetan tidak mampu menyebar 6 racun tersebut dan sudah putus asa terhadapnya, maka sebagai senjata pamungkasnya digelarlah pasukan-pasukannya yang loyal dari bangsa jin dan manusia untuk melakukan intimidasi, provokasi kekafiran, penyesatan dan lain-lain.
Dalam hal ini, menurut Syaikh Muham-mad Shafwat Nuruddin –Pimpinan Jama`āh Anshār al-Sunnah al-Muhammadiyyah Mesir[1]–, bahwa syetan bekerja keras mempengaruhi manusia dengan berbagai strategi, bahkan menjadikan mereka tentara-tentaranya yang siap selalu melaksanakan apa yang direncanakannya. Menurut beliau ada 4 pasukan yang digelar oleh syetan dengan dibagi menjadi 2 front, yaitu front Dzāhirah (nyata) dan front Khāfiyyah (tersembunyi):
Pasukan yang berada di front nyata terdiri dari:
1. Orang-orang kafir yang dzalim.
2. Para pelaku maksiat, yaitu orang-orang Islam yang terbuai oleh kesenangan dunia.
Sedangkan pasukan yang berada pada posisi tersembunyi, yaitu:
1. Kaum Munafiqin, yang menyatakan loyal secara dzahir kepada Islam, akan tetapi menyembunyikan permusuhan.
2. Orang-orang yang ikhlas, semangat dalam beramal dan gemar berbuat, akan tetapi semakin bertambah banyak dia mendengarkan slogan-slogan modernisme yang dipropagandakan orang-orang kafir, maka terpengaruhlah dia dengan orang-orang kafir tersebut dan mendukung seluruh upaya mereka.
Pasukan ini digelar –terutama front orang-orang kafir yang dipelopori oleh Yahudi dan Nashrani– dalam rangka melakukan dua serangan kepada para pembela dan penganut al-haqq (kaum muslimin). Kedua serangan itu adalah:
1. al-Ghazwu al-`Askariy (invasi militer) dengan melakukan intimidasi, teror fisik, pembersihan wilayah dan pembasmian kaum muslimin (genocide).
Abdullah bin Mas`ud ra bercerita bahwa Nabi saw pernah melakukan shalat di Bay-tullah, saat itu Abu Jahal dan para pendukungnya sedang duduk-duduk. Sebagian rekannya berkata kepada yang lain:
“Siapakah di antara kalian yang berani meletakkan kulit bangkai di punggung Muham-mad, saat dia sedang sujud?”
Lalu, seorang yang paling buruk di antara mereka, yaitu `Uqbah bin Abi Mu`ith bangkit berdiri, kemudian mendatangi Rasulullah saw sambil memandang dan me-nunggu Nabi saw melakukan sujud. Lalu dia letakkan kulit bangkai itu dipunggung beliau. Sambil tertawa, mereka saling melempar tuduhan satu sama lain. (HR. al-Bukhāriy: 1/54)
`Ammar bin Yasir ra yang masuk Islam bersama ayah dan ibundanya disiksa di tengah terik matahari yang sangat panas. Sang ayah wafat, setelah mengalami derita siksaan yang begitu dahsyat. Sedangkan sang ibu, yaitu Sumayyah ditusuk kema-luannya dengan besi panas oleh Abu Jahal. Di saat Rasulullah saw melintasinya, beliau berkata:
صَبْرًا آَلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ
“Sabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah syurga” (Sīrah Ibnu Hisyām: 1/ 319-320)
Menurut Muhammad Quthb, serangan orang-orang kafir ini tidak memerlukan alasan dan sebab, karena, kedengkian mereka telah dijelaskan oleh Allah swt dalam ayat-ayat-Nya, di antaranya:
“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” [QS. al-Baqarah (2): 109]
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petun-juk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” [QS. al-Baqarah (2): 120]
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” [QS. al-Baqarah (2): 217]
2. al-Ghazwu al-Fikriy (Invasi Pemikiran).
Menurut Muhammad Quthb dalam “Wāqi`unā al-Mu`āshir” bahwa yang dimak-sud dengan al-Ghazwu al-Fikriy adalah:
اَلْوَسَائْلُ غَيْرُ الْعَسْكَرِيَّةِ الَّتِي اَتَّخَذَهَا الْغَزْوُ الصَّلِيْبِيُّ ِلإِزَالَةِ مَظَاهِرِ الْحَيَاةِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ وَ صَرْفِ الْمُسْلِمِيْنَ عَنِ التَّمَسُّّكِ بِاْلإِسْلاَمِ مِمَّا يَتَعَلَّقُ بِالْعَقِيْدَةِ وَ مَا يَتَّصِلُ بِهَا مِنْ أَفْكَارٍ وَ تَقَالِيْدَ وَ أَنْمَاطِ سُلُوْكِ
“Sarana-sarana non militer yang digunakan oleh pasukan salib untuk menghilangkan simbol-simbol kehidupan Islami dan memalingkan kaum muslimin dari sikap komitmen terhadap Islam, yang berkaitan dengan aqidah, pemikiran, adat istiadat dan sikap hidup yang berhubungan dengannya”
Menurut Shafiyurrahman al-Mubarakfuriy dalam “al-Rāhiq al-Makhtūm”, dikisah-kan bahwa dahulu, di saat kaum musyrikin Quraisy melihat Nabi saw tidak dapat di-halang-halangi dengan berbagai bentuk intimidasi dan teror, mereka mulai beralih me-mikirkan strategi lain, di antaranya yang terangkum dalam 4 bentuk:
a. Melakukan ejekan, hinaan, olok-olok, pendustaan dan mentertawai. Tujuannya adalah untuk menggoncang spirit jiwa kaum muslimin dan merendahkan mereka. (Baca: QS. 38: 4 dan QS. 83: 29-33)
b. Mengacak-acak pengajaran, menyebarkan syubhat dan menggencarkan pro-paganda dusta. Tujuannya adalah untuk menghalangi kaum awam, hingga tidak ada kesempatan untuk memikirkan dakwah beliau. (Baca: QS. 13: 6-7)
c. Menganggap al-Qur`an sebagai dongeng atau legenda nenek moyang. (Baca: QS. 25: 4-5, 7 dan QS 16: 103)
d. Mengadakan tawar menawar win-win solution untuk mempertemukan antara Islam dan Jahiliyah. (Baca: QS. 65: 9)
Dikutip dari Majalah As-Silmi Edisi 1 Tahun 2005
[1] Salah satu Harakah Sunniyyah terbesar di dunia yang telah memiliki banyak cabang di berbagai negara, pertama kali didirikan oleh Syaykh Muhammad Hamīd al-Faqiy. Di antara tokoh Jama’ah ini yang otoritas keilmuannya diakui dunia adalah: Syaykh ‘Abdurrahmān al-Wakīl, Muhammad Nasīb al-Ri-fā’iy, ‘Abdur Razzāq ‘Afīfiy, Muhammad ‘Abdul Wahhāb al-Banā, Dr. Muhammad Khalīl al-Harrās dan lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar