Inti Islam adalah gerakan pembebasan. Membebaskan hati nurani manusia. Islam tidak pernah menghidupkan sebuah hati, kemudian hati itu dibiarkannya menyerah tunduk kepada suatu kekuatan, selain kekuatan Rabb Yang Satu dan Maha Perkasa. Islam tidak pernah membangkitkan sebuah hati, lalu dibiarkannya hati itu sabar, tidak bergerak dalam menghadapi segala bentuk kezhaliman, baik kezhaliman pribadi, ataupun kezhaliman sosial, di bagian dunia manapun, dan di bawah penguasa manapun juga.
Saudaraku kaum muslimin...
Jika mata ini melihat kezhaliman, bila telinga ini mendengar jeritan orang-orang teraniaya meminta pertolongan, lalu tidak kita dapati seorang muslim ada di sana untuk menentang ketidakadilan itu, maka kita boleh curiga, apakah umat Islam ada atau tidak. Sebab, tidak mungkin hati-hati yang menyandang Islam sebagai aqidahnya, akan rela dengan ketidak adilan berlalu di hadapannya.
Masalahnya, Islam itu ada atau tidak ada. Kalau Islam itu ada, berarti perjuangan tidak akan berhenti, jihad tidak akan ada putusnya. Orang Islam akan senantiasa mencari syahid demi menegakkan kebenaran dan keadilan. Bukanlah Islam, apabila di waktu itu yang terdengar hanya bisikan do‘a-do‘a, bunyi tasbih yang dipegang di tangan, jimat-jimat dengan do‘a perlindungan, berserah diri dengan harapan langit akan menghujankan rizki dan kebaikan ke atas bumi, menghujankan kemerdekaan dan keadilan. Padahal tabiat langit tidak pernah menghujankan hal-hal seperti itu. Allah tidak akan menolong kaum yang tidak mau menolong dirinya sendiri, tidak menjalankan hukum Allah dalam jihad dan perjuangannya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.“ (QS. ar-Ra‘d: 11)
Islam adalah aqidah perubahan yang aktif. Artinya, ketika ia menyentuh hati manusia, maka hati itu akan mengalami suatu perubahan; perubahan konsepsi, perubahan perasaan, perubahan dalam cara menjalani kehidupan. Semua orang adalah sama, tidak ada yang lebih baik dari yang lainnya selain dengan taqwa. Semua manusia memiliki kehormatan yang sama, tidak ada yang berhak mela-kukan kezhaliman terhadap siapapun juga. Saat manusia merasakan sentuhan hangat aqidah ini, ia akan maju ke depan untuk merealisasikannya dalam alam nyata dengan seluruh jiwanya. Ia tidak tahan untuk bersabar, untuk tinggal diam, untuk tenang-tenang saja, sampai ia benar-benar telah menyelesaikan realisasinya di alam nyata.
Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh, berjuang litakuuna kalimatullahi hiya al-ulya. Kalimat Allah tidak akan tegak di atas bumi ini, kecuali kalau ketidakadilan dan kezhaliman telah hilang, sampai seluruh manusia memperoleh keadilan, dimana tidak ada salah seorangpun yang lebih mulia dari yang lainnya selain karena taqwa.
Orang-orang yang melihat ketidak-adilan di sepanjang jalan, dan bertemu dengan kesewenang-wenangan di setiap saat, kemudian tidak menggerakkan tangan maupun lisan, padahal mereka itu mampu, mereka ini adalah orang-orang yang hatinya tidak (belum) digugah oleh Islam. Jika hatinya tergugah oleh Islam, tentulah mereka akan berubah menjadi mujahidin yang berjuang, saat semangat suci itu mulai menyentuh hati-hati yang bersih dan menyalakannya, men-dorongnya dengan kuat ke medan perjuangan.
Jika jiwa nasionalisme saja mampu menjadi daya dorong untuk berjuang menentang penjajahan, jika jiwa sosial saja mampu mendorong untuk berjuang menentang kaum feodal yang tidak berbudi dan kapitalisme yang memeras, jika jiwa kebebasan individu saja mampu mendorong untuk berjuang menentang diktator yang melampaui batas dan ketidak-adilan yang congkak, maka jiwa Islam adalah kumpulan dari daya dorong semua itu. Islam telah mengumpulkan penjajahan, feodalisme, dan kediktatoran di bawah satu nama, yaitu ketidakadilan. Jiwa Islam harus lebih mendorong kita semua untuk memerangi segala ketidakadilan itu, tanpa berfikir ulang, tanpa ragu-ragu, tanpa diskusi, dan tanpa ditunda-tunda lagi. Itulah salah satu ciri Islam.
Seorang muslim yang telah merasakan jiwa Islam dengan hatinya, tidak akan mungkin memberikan pertolongan kepada penjajah, atau memberikan bantuan kepada mereka, atau berdamai dengan mereka seharipun, atau berhenti berjuang melawan mereka baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan. Pertama-tama ia akan menjadi pengkhianat bagi agamanya, sebelum menjadi pengkhianat terhadap tanah airnya, terhadap bangsanya dan terhadap kehormatan dirinya. Setiap orang yang tidak merasakan adanya permusuhan dan kebencian terhadap kaum penjajah dan tidak melakukan perjuangan menentang mereka sekuat tenaga, adalah pengkhianat.
Seorang Islam yang merasakan jiwa Islam dengan hatinya tidak mungkin akan membiarkan kaum feodal yang tidak bermoral berada dalam keamanan dan ketenteraman. Ia akan menjelaskan kejelekan-kejelekan mereka. Ia akan berjuang menentang mereka dengan tangan, lisan dan hati, dengan segala cara yang dapat dilakukannya. Setiap hari yang dilaluinya tanpa perjuangan, setiap saat yang dilaluinya tanpa pergulatan, dan setiap detik yang dilaluinya tanpa karya nyata, dianggapnya sebagai dosa yang menggoncang hati nuraninya sebagai kesalahan yang membebani perasaannya, sebagai suatu dosa yang hanya dapat dihapuskan dengan perjuangan.
Setiap orang Islam yang merasakan Islam dengan hatinya tidak akan mungkin membiarkan diktator yang aniaya serta penguasa zhalim bergerak di atas permukaan bumi, menjadikan manusia sebagai budaknya, padahal tiap-tiap manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka. Tetapi orang Islam itu akan maju ke depan dengan jiwa dan hartanya untuk menyambut seruan Tuhannya yang menciptakannya dan memberi rizki kepadanya:
“Mengapa kalian tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang zhalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!“ (QS. an-Nisa‘: 75)
Jadilah seorang Islam. Kalimat ini telah cukup untuk mendorong kita berjuang menentang penjajahan dengan berani, mati-matian, penuh pengorbanan dan kepahlawanan. Kalau kita tidak dapat melakukannya, coba-lah periksa hati kita. Barangkali hati ini telah tertipu tentang hakikat iman kita.
Jadilah orang Islam. Kalimat ini saja telah cukup untuk mendorong maju ke depan berjuang melawan ketidakadilan, dengan tekad yang teguh tanpa memperdulikan kekuatan-kekuatan lawan yang hanya berupa kekuatan lalat, tetapi orang-orang lemah mengira merupakan halangan besar. Kalau kita tidak melakukan hal ini, cobalah periksa hati kita, mungkin ia telah tertipu tentang hakikat iman kita. Kalau tidak begitu, kenapa kita menjadi demikian sabar dan tegar untuk tidak berjuang melawan ketidakadilan?
Orang-orang Islam pasti akan melakukan perjuangan dengan hati yang penuh rindu untuk mencapai syahid di bumi, agar ia memperoleh kehidupan langit yang penuh kebahagiaan kekal nan abadi.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qu‘ran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?“ (QS. at-Tawbah: 111)
0 komentar:
Posting Komentar